Danuntuk melakukan rekrutmen internal kegiatan yang populer dan banyak digunakan diantaranya adalah (Nawawi,2000:175) : · Rencana suksesi. · Penawaran terbuka untuk satu jabatan (job posting) · Perbantuan pekerja. · Kelompok pekerja sementara. · Promosi dan pemindahan. a. Kelebihan. · Semangat kerja yang lebih baik.
Dalam dunia psikologi, para peneliti dan praktisi pasti sering melakukan penelitian ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab segala pertanyaan atau membuktikan hipotesis-hipotesis yang telah dibuat. Salah satu cara untuk melakukan penelitian dan membuktikan kebenaran sebuah hipotesis adalah dengan membuat eksperimen memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian lainnya. Perbedaan inilah yang nantinya akan menjadi spesifikasi atau ciri-ciri suatu penelitian disebut penelitian eksperimn. Selain itu, ciri-ciri ini juga bisa menjadi alasan mengapa peneliti memilih jenis penelitian eksperimen, alih-alih memilih jenis penelitian lainnya. Baca juga Macam-Macam Riset dalam Psikologi PendidikanBerikut ini adalah beberapa ciri-ciri penelitian eksperimenPenelitian eksperimen mengatur secara tertib dan ketat semua variabel dan kondisi selama penelitian. Hal ini dilakukan secara terkontrol ataupun terjun penelitian eksperimen digunakan kelompok kontrol yang akan menjadi dasar pembanding terhadap kelompok lain yang menjadi objek eksperimen akan terpusat pada pengontrolan varian. Artinya, dalam eksperimen akan dipilih subjek yang beragam. Lalu subjek akan ditempatkan dalam berbagai kelompok secara random. Pilihan lainnya adalah peneliti akan memberi perlakuan eksperimen secara acak kepada kelompok-kelompok yang yang pertama dan utama dalam penelitian eksperimen adalah validitas internal, baru setelah itu validitas eksperimen semua variabel utama akan diusahakan untuk konstan dan tidak berubah. Namun, hal ini tidak berlaku jika dalam eksperimen yang dilakukan terdapat variabel perlakuan yang dimanipulasi secara sengaja dan memang dibuat ciri-ciri penelitian eksperimen di atas, kita mengetahui beberapa karakteristik penelitian eksperimen. Hal ini tentu akan memberi hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan. Lalu, apa saja peran atau fungsi eksperimen dalam psikologi? Berikut ini akan dibahas 13 fungsi eksperimen dalam psikologi yang harus kita ketahuiMengevaluasi sebuah teoriBiasanya, peneliti melakukan penelitian bukan berarti dia belum mengetahui sama sekali tentang suatu hal atau kondisi tersebut. Peneliti biasanya sudah memiliki teori yang selama ini telah dipercaya dan dipegang sebagai acuan atas suatu masalah. Namun, terkadang seiring berjalannya waktu bisa saja terjadi kondisi yang membuat teori tersebut dirasa sudah tidak jugaContoh Metode Eksperimen dalam Psikologi PendidikanContoh Metode Eksperimen dalam Psikologi PerkembanganContoh Metode Eksperimen dalam Psikologi SosialMaka, melalui eksperimen peneliti akan bisa melihat apakah teori yang sudah ada tersebut masih sesuai kebenarannya dengan mengujinya kembali atau justru perlu ada pembaharuan efektif menggambarkan hubungan sebab akibatPsikologi eksperimen akan efektif untuk menggambarkan hubungan sebab akibat. Hal ini dikarenakan eksperimen akan secara ketat memanipulasi dan mengontrol variabel-variabel yang ada. Dengan cara itu, peneliti akan bisa melihat apa hasil dari manipulasi dan kontrol terhadap variabel-variabel tersebut dan bisa menghubungkan setiap fenomena dengan hal yang menyebabkan fenomena itu terjadi. Baca juga Contoh Psikologi Eksperimen SederhanaMenjawab keingintahuanSeorang peneliti atau ilmuwan wajib untuk memiliki rasa ingin tahu dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini akan mendorongnya untuk terus meneliti dan mencari kebenaran atas sebuah fenomena. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan jugaPsikologi EksperimenJenis-Jenis Metode PembelajaranDengan melakukan eksperimen dalam psikologi, peneliti benar-benar bisa memuaskan rasa ingin tahunya. Hal ini dikarenakan, melalui eksperimen akan bisa dilakukan replikasi ataupun pembuktian atas suatu masalah, sekaligus menemukan hal yang teknik atau metode baruMelalui eksperimen, peneliti juga bisa menemukan teknik, cara ataupun metode baru. Selama melakukan eksperimen, peneliti bisa melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian. Maka, mereka akan mengetahui bagaimana cara untuk mencapai suatu tujuan atau hasil dengan teknik atau metode yang sebelumnya belum pernah ide baru untuk penelitian lanjutanSaat melakukan sebuah eksperimen, peneliti akan membuat kondisi-kondisi tertentu yang akan menghasilkan perilaku-perilaku tertentu pula. Melalui hal ini, seringkali peneliti akan melihat adanya factor yang belum terpikir sebelumnya. Hal ini akan menjadi ide baru untuk melakukan penelitian fenomena yang berlakuDengan eksperimen, peneliti juga bisa melihat fenomena perilaku tertentu dengan mengamati sebuah kondisi yang dikontrol dengan ketat. Dari pengamatan tersebut, peneliti bisa melihat apa yang ada di balik fenomena yang ada karena fenomena yang muncul akan hadir dengan sengaja karena ada pengaruh dari variabel bebas teori dengan objektifSebuah eksperimen memungkinkan peneliti untuk mendeskripsikan sebuah kondisi dengan lebih objektif. Peneliti akan menjabarkan sebuah kondisi atau perilaku secara proporsional dan berimbang, sesuai dengan eksperimen yang dilakukannya. Baca juga Cara Meningkatkan Akurasi PersepsiMencari tahu hal-hal yang mempengaruhi sebuah kondisiPenelitian psikologi eksperimen bertujuan untuk menyelidiki apa yang ada di balik munculnya sebuah perilaku. Melalui eksperimen, peneliti akan memberikan perlakuan dan kontrol terhadap variabel-variabel yang ada dan melihat apa reaksi dari perlakuan tersebut. Maka, melalui cara tersebut peneliti bisa melihat variabel apa saja yang mempengaruhi munculnya sebuah kondisi secara riilMelalui eksperimen, peneliti akan berusaha membuat kondisi semirip mungkin dengan kondisi riil di lapangan untuk kemudian diberi variabel-variabel tertentu yang akan menjawab keingintahuannya. Dengan begitu, fungsi eksperimen dalam psikologi salah satunya adalah untuk bisa menggambarkan suatu kondisi se-riil mungkin. Hal ini tentu akan menghasilkan data atau analisa yang lebih valid. Baca juga Penerapan Antropologi Psikologi Dalam Kehidupan NyataPengukuran lebih mudahSeperti yang telah dibahas sebelumnya, dalam eksperimen akan ada kelompok kontrol yang menjadi dasar pembanding terhadap kelompok eksperimen lainnya. Hal ini tentu akan memudahkan pengukuran karena ada dasar yang menjadi definisi hasil ideal’ dari eksperimen tersebut. Baca juga Manfaat Tes Psikologi dalam Bidang KlinisMendapatkan validitas internal yang baikArtinya, dengan melakukan eksperimen, peneliti benar-benar bisa melihat hasil dari perlakuan atau manipulasi yang dilakukan, bukan dari variabel lainnya. Dari sini peneliti akan mengetahui apakah perlakuan atau manipulasi yang dilakukan selama eksperimen memberi pengaruh teMemonitor akibat dan efek perlakuanPeneliti perlu untuk terus memonitor akibat yang timbul dari manipulasi yang dilakukan. Monitor ini diberlakukan untuk variabel dependen dalam penelitian. Maka, dengan eksperimen, penelitian akan lebih termonitor dan lebih mudah melihat efek dari perlakuan yang diberikan. Baca juga Pengertian Sikap Menurut Para AhliMendapatkan hasil yang fokusDengan eksperimen, peneliti dapat fokus kepada objek atau variabel yang ingin diteliti saja. Namun, karena hal ini pula hasil kesimpulan dan eksperimen akan subjektif dan khusus untuk hal yang diteliti pembahasan mengenai fungsi eksperimen dalam psikologi. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!
Sedangkaneksperimen sendiri memiliki artian sebagai metode dalam ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan sementara atau sebagai hipotesa secara ilmiah. Perbedaan dari metode eksperimen dan metode ilmiah lainnya adalah adanya dilihat dari perlakuan atau manipulasi terhadap subjek penelitian. Baca juga: Cabang - cabang Psikologi
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati dan mengalami prosesnya, membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya, kemudian hasil pengamatan dan percobaan tersebut disampaikan ke kelas untuk dievaluasi bersama. Melalui metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, menarik pembuktian, dan mengambil kesimpulan sendiri dari proses yang eksperimen merupakan suatu percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Metode eksperimen merupakan suatu cara penyajian pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung untuk membuktikan sebuah teori dari materi dari pembelajaran yang metode eksperimen adalah untuk melatih siswa agar mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melalui pembelajaran eksperimen, siswa dapat terlatih dengan cara berpikir ilmiah scientific thinking. Metode eksperimen memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang Metode Eksperimen Berikut definisi dan pengertian metode eksperimen dari beberapa sumber buku Menurut Sagala 2005, metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut Hamdayana 2016, metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Melalui metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengeksplor lingkungan berdasarkan eksperimen yang dilakukan, mengamati suatu objek atau suatu fenomena. Menurut Asmani 2001, metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta didik, baik perorangan maupun kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini, peserta didik diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam perencanaan eksperimen, melakukan fakta, mengumpulkan data dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata. Menurut Djamarah dan Zain 2010, metode eksperimen adalah cara penyajian dimana siswa dapat melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar dengan metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, menarik membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai proses yang dialaminya. Menurut Suporno 2007, metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang mengajak supaya siswa melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah di pelajari itu memang Metode Eksperimen Tujuan metode eksperimen adalah agar peserta didik dapat merancang, mempersiapkan, melaksanakan, melaporkan, membuktikan serta menarik kesimpulan dari berbagai fakta dan informasi yang didapat ketika mereka melakukan percobaan Moedjiono dan Dimyati 1992, beberapa tujuan dari metode eksperimen adalahMengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen yang dilaksanakan. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen, melalui kegiatan eksperimen yang sama. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan hasil percobaan. Melatih peserta didik menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui kegiatan menurut Sumantri dan Permana 1999, tujuan pelaksanaan metode eksperimen adalah Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang telah diperoleh. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan peserta didik agar menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik suatu kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan yang telah Metode Eksperimen Menurut Suparno 2007, metode eksperimen dibagi menjadi dua jenis, yaitu eksperimen terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas. Adapun penjelasan ke dua jenis metode eksperimen adalah sebagai berikuta. Eksperimen terbimbing Metode eksperimen terbimbing adalah metode yang seluruh jalannya percobaan telah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh peserta didik, baik dari langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak Eksperimen bebas Metode eksperimen bebas adalah metode eksperimen dimana guru tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan terinci, dengan kata lain peserta didik harus lebih banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisis serta disimpulkan. Dengan percobaan bebas menantang peserta didik untuk merencanakan percobaan sendiri tanpa banyak dipengaruhi oleh arahan guru dan dapat membangun kreativitas peserta Pelaksanaan Metode Eksperimen Menurut Roestiyah 2012, beberapa prosedur yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan metode eksperimen adalah sebagai berikut Perlu dijelaskan kepada peserta didik tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. Memberi penjelasan kepada peserta didik tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan peserta didik. Bila perlu dengan memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian peserta didik, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya Metode Eksperimen Setelah prosedur pelaksanaan metode eksperimen sudah dilakukan, selanjutnya adalah pelaksanaan metode eksperimen melalui tahapan atau langkah-langkah sebagai berikut Hamdayana, 2016 Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pengamatan merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa yang terjadi saat eksperimen awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil kegiatan untuk membuktikan dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan dan selanjutnya dapat melaporkan hasilnya. Aplikasi konsep, merupakan kegiatan memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan teori dan percobaan yang sudah dan Kekurangan Metode Eksperimen Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan metode eksperimen. Menurut Hamdayana 2016, kelebihan dan kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikuta. Kelebihan metode eksperimen Kelebihan atau keunggulan metode eksperimen adalah sebagai berikut Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi menjelajahi tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup Kekurangan Metode Eksperimen Kekurangan atau kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikutTidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dengan PustakaSagala, Sayiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta Bumi Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta Diva dan Zain. A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta Universitas Sanata dan Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Departemen Pendidikan Mulyani dan Permana, Johar. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Departemen Pendidikan 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta.
Instrumen Kelebihan. Kelemahan. Ability Test. Dapat memprediksi kinerja pada berbagai jenis pekerjaan dengan cukup baik. Mudah dan murah dalam peng-administrasian. Dapat menyebabkan adverse impact yang tinggi. Khusus pada Physical ability test berbiaya mahal dalam pengembangan dan pengadministrasian. Achievement test.
Metode Eksperimen Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran diantaranya peserta didik dapat mengamati fakta/fenomena, mengumpulkan data dari percobaan, mengolah data menjadi informasi, mampu merancang, mempersiapkan, melakukan dan melaporkan percobaan serta melatih penggunaan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh dari percobaan. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesishipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep di dalam standar kompetensi mata pelajaran, kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja. Metode eksperimen dipilih sebagai metode pembelajaran Fisika jika konsep Fisika harus dipelajari melalui fakta-fakta yang dapat ditemukan oleh siswa. Melalui eksperimen pengembangan inkuiri lebih banyak, siswa berlatih lebih banyak menggunakan keterampilan proses, dan terlatih kemampuan psikomotornya melalui teknik-teknik penggunaan alat-alat dan merangkai alat pada suatu percobaan. 1 Keunggulan-Keunggulan Metode Eksperimen a Fakta atau data yang diperoleh siswa secara langsung mudah diingat b Guru dapat berkeliling kelas sambil melakukan penilaian terhadap sikap dan psikomotor c Melatih kerja sama pada diri siswa karena metode eksperimen di sekolah biasanya dilakukan secara berkelompok 2 Kelemahan-Kelemahan Metode Eksperimen a Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak b Kalau siswa tidak diawasi dengan baik kadang-kadang ada yang main-main di kelompoknya c Memerlukan waktu belajar yang lebih lama dari pada metode demonstrasi Untuk menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, diantaranya a peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium harus memadai untuk eksperimen; b menggunakan bahan praktikum yang tidak berbahaya; c menggunakan peralatan yang aman bagi keselamatan dan mudah digunakannya. d Perlu petunjuk yang jelas karena dalam melakukan eksperimen siswa sedang belajar dan berlatih
Sumberlainnya: hasil karya subjek (lukisan, puisi, karya seni), hasil periksa medis, piagam, hasil tes psikologi dsb e. FGD Sekian artikel mengenai Karakteristik Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Daftar Pustaka. Alsa, A. (2003), Pendekatan kuantitatif & kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi, Yogyakarta Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, dan Desain Faktorial - Dalam penelitian eksperimen selalu ada perlakuan yang sengaja diberikan kepada subjek yang diteliti. Pertanyaan yang dapat diajukan disini adalah dapatkah peneliti melakukan eksperimen dengan memberikan beberapa perlakukan secara simultan kepada setiap kelompok atau unit eksperimen? Suatu ekperimen pada dasarnya tidak hanya dapat memberikan suatu perlakuan pada subjek, tetapi dapat pula dengan lebih dari satu perlakuan yang disajikan secara simultan. Jika perlakuan eksperimen lebih dari satu macam berarti perlakuan tersebut perlakuan kombinasi. Misalnya; jenis psikoterapi dan durasi perlakuan, jenis pelatihan, jenis kelamin, dan sebagainya. Eksperimen ini yang disebut eksperimen faktorial. Eksperimen factorial merupakan eksperimen yang menggunakan lebih dari satu perlakuan atau lebih dari satu variable bebas. Eksperimen factorial minimal menggunakan 2 faktor. Istilah factorial sebenarnya berhubungan dengan cara factorial itu dibentuk. Karena itu, sejumlah ahli mengatakan bahwa factorial adalah jenis ekspemen bukan desai eksperimen. Sejumlah ahli yang lain mengatakan bahwa factorial merupakan desain yang khusus, dan banyak literature psikologi yang menyebut eksperimen yang menggunakan sejumlah faktor dengan nama desain factorial. Sementara itu Nazir dalam Marliani 2013 menegaskan bahwa tidak ada eksperimen desain factorial yang ada ekaperimen factorial dengan bermacam-macam desain. Marliani 2013 tidak ingin berlarut dengan pro kontra istilah, merujuk pada esensi yang sama yaitu salah satu unsure dalam penelitian eksperimental. image source wwwdotexponentdotcom Baca juga Teori-teori dalam Motivasi Kerja Faktor dan Level Faktor adalah setiap variable yang bebas karena variable itu menjadi faktor atau penyebab terjadinya perubahan pada variable terikat. Contoh untuk menggambarkan faktor dalam eksperimen yaitu Goldfried dkk dalam Marliani 2013 ia meneliti perbandingan terapi yang terfokus pada Cognitive behavior therapy CBT dan interpersonal psikodinamik kepada pasien yang mengalami depresi. Dalam eksperimennya Ia memberikan CBT kepada 30 orang dan terapi interpersonal dinamik pada 27 orang. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 2 secara seimbang, dan setiap bagiannya diberikan lagi perlakuan secara berbeda. Bagian pertama dari 2 kelompok diberi terapi selama 8 sesi, sedangkan bagian kedua diberi terapi 16 sesi. Setelah dihitung hasilnya, pada eksperimen yang Ia lakukan terdapat 2 faktor yaitu faktor CBT dan faktor interpersonal psikodinamik. Eksperimen ini memberikan perlakuan kombinasi karena setiap kelompok perlakuan diberi terapi secara berbeda yaitu 8 sesi dan 16 sesi. Walker dalam Marliani 2013 berpendapat bahwa setiap levlnya, eksperimen factorial mempunyai level-level. Dikatakan sebagai eksperimen factorial jika pada perlakuan ada tingkatan level perlakuan. Oleh karena itu, eksperimen yang menggunakan 2 perlakuan belum memadai untuk dikatakan sebagai eksperimen faktorial. Pada eksperimen yang dilakukan Golfried selain terdapat 2 faktor yaitu CBT dan interpersonal psikodinamik terapi, juga terdapat level pada setiap faktor yaitu pemberian 8 sesi terapi dan 16 sesi terapi. Jadi, eksperimen tersebut mempunyai 2 faktor dan setiap faktor menpunyai 2 level. Pada contoh kasus penelitian diatas misalnya dapat dilambangkan dengan 2 X 2, artinya eksperimen tersebut terdiri atas 2 faktor yang masing masing faktor terdiri atas 2 level. Dengan demikian, pada eksperimen 2 X 2 terdapat empat perlakuan yaitu terapi cognitive-behavioral 8 sesi terapi interpersonal psikodinamik 8 sesi terapi cognitive behavioral 16 sesi terapi interpersonal psikodinamik 16 sesi Suatu eksperimen dilambangkan dengan 3X 2 adalah eksperimen factorial yang terdiri atas 3 faktor yang masing-masing terdapat 2 level. Ini berarti eksperimen factorial itu dilakukan dengan 6 perlakuan variable bebas, yang terdiri atas faktor X1, X2, dan X3 yang masing-masing X terdapat 2 level perlakuan. Variasi kombinasi faktor dan level pada eksperimen sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya perlakuan yang diberikan peneliti, termasuk cara peneliti mengembangkan level-level pada setiap faktornya. Desain eksperimen factorial bisa dilambangkan dengan 3X3X4, artinya ada 3 faktor misalnya, 3 jenis terapi, masing-asing faktor terdiri atas 3 level misal dibagi dalam 3 kelompok usia, dan setiap level ada 4 perlakuan yang berbeda 4 macam sesi. Jumlah keseluruhan perlakuan adalah faktor dikali level dikali perlakuan. Contoh diatas jumlah perlakuan untuk factorial 3x3x4 adalah 24 perlakuan. Peneliti memiliki kebebasab untuk merancang berapa perlakuan yang hendak diberikan dalam suatu eksperimen. Jumlah perlakuan ini bergantung pada kombinasi perlakuan yang dirancang oleh peneliti. Desai factorial sederhana adalah 2x2, dan peneliti bisa membuat desai lebih variatif. Menurut Walker dalam Marliani 2013, dalam penelitian psikologi jarang menggunakan lebih dari 3 level. Keunggulan Eksperimen Faktorial Dengan eksperimen dapat diketahui pengaruh interaksi antarfaktor, selain pengaruh masing-masing faktor pada variable yang diamati. Jika eksperimen dilakukan secara terpisah, misalnya, suatu waktu dilakukan eksperimen cognitive behavioral dengan 2 perlakuan 8 sesi dan 16 sesi, lalu dilakukan komparasi keduanya, peneliti hanya dapat menganalisis perbandingan efektivitas dua perlakuan pada CBT dan efektifitas dua perlakuan pada interpersonal psikodinamik terapi dengan waktu yang relative panjang. Pada eksperimen tersebut tidak tampak adanya pengaruh interaksi antara metode terapi dan jumlah sesi yang baru dapat dihitung dengan menggunakan eksperimenfaktorial. Dengan demikian, dalam eksperimen factorial ini ingin dipelajari efek beberapa variable bebas pada variable terkait secara sendri-sendiri ataupun interaktif. Secara filosofis, eksperimen factorial ini muncul dalam dunia penelitian eksperimental yang dilatarbelakangi pandangan bahwa gejala psikologis yang komplek tidak hanya berhubungan dengan satu variable, tetapi juga berhubungan dengan sejumlah variable yang berinteraksi secara simultan. Seorang peneliti tidak mungkin membatasi eksperimen hanya satu variable karena hal ini sma dengan menyederhanakan gejala psikologis yang sebenarnya menimbulkan efek berbeda dan kompleks. Memang wajar jika suatu variable tersebut berinteraksi dengan variable bebas lain. Sebagai contoh, adanya hubungan kombinatif beberapa variable terhadap variable terikat, misalnya efektivitas metode diskusi dalam pembelajaran bergantung pada sejumlah variable, diantaranya profesionalitas guru, kesiapan belajar siswa, minat siswa mengikuti diskusi. Efektivitas terapi bergantung pada sejumlah variable antara lain, kecerdasan klien, keterampilan konselor, iklim terapi, dan faktor kepribadian klien Hedley dan Strupp dalam Marliani, 2013 Misalnya eksperimen factorial sangat bermanfaat bagi peneliti untuk membuat pertimbangan tertentu berkenaan denga relevansi penggunaan bermacam-macam terapi. Terapi behavioral lebih efektif bagi klien anak-anak daripada klien orang dewasa, sedangkan jenis terapi psikoanalisa lebih sesuai untuk subjek yang dewasa. Apabila penelitian eksperimen, sebagaimana contoh di atas, menggunakan desain satu variable, eksperimen tersebut tidak dapat menggunakan efek interaktif antara metode terapi dengan kecerdasan ini. Informasi yang diberikan oleh sebuah eksperimen dapat ditingkatkan secara nyata dengan cara menegaskan simultan untuk menyelidiki e masing-masing terhadap variable terikat, di samping pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapavariabel itu. Dalam eksperimen factorial, prinsip randomisasi, pengulangan replikasi, dan blocking juga harus diterapkan. Dengan demikian kemungkinan terjadi kesalahan dapat diukur. Jenis Eksperimen Faktorial Ada 2 jenis eksperimen factorial yaitu; salah satu variable bebas dimanipulasi, dan semua variable bebas dimanipulasi. A. Salah Satu Variable Bebas Dimanipulasi Seorang peneliti boleh tertarik pada pengaruh dari satu variable bebas, tetapi harus mempertimbangkan variable-vaiabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variable terikat. Variable tersebut adalah variable atribut seperti jenis kelamin, kecerdasan, ras, status sosial, ekonomi, hasil belajar, dsb. Selain diteliti pengaruh variable atribut tersebut juga dapat dikendalikan dengan cara memasukkan variable atribut dalam eksperimen factorial. Pada setiap tingkatan variable terikat atribut, peneliti menilai pengaruh variable bebas. Tingkat variable atribut akan terbentuk secara alami. Helenggeler dkk dalam Marliani 2013, melakukan penelitian tentang pengguaan multisystemic therapy dengan menyertakan keluarganya untuk mengatasi anak-anak yang suka melakukan tindak kekerasan kronis. Dalam eksperimennya, Henggeler membandingkan penggunaan Multisystemic Theraphy dengan terapi biasa sebagai kontrol. Dalam terapi ini, satu kelompok anak dan keluarganya diberi perlakuan “model baru”, sedangkan kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol. Ia memasukkan variable asal tempat tinggal sampel, yaitu berasal dari desa atau kota. Artinya, dalam eksperimen ini juga disertakan variable atribut ke dalam eksperimen factorial. Fungsinya bukan hanya meningkatkan ketepatan eksperimen melainkan juga meningkatkan kemampuan generalisasi hasil eksperimen tersebut. Peneliti telah menetapkan perlakuan itu mempunyai pengaruh yang sebanding pada semua tingkat ataukah tidak, yang pada akhirnya akan meningkatkan wilayah generalisasi hasil-hasil eksperimen. B. Semua Variable Bebas Dimanipulasi Ketika eksperimenter tertarik pada 2 variabel bebas dan ia ingin menilai pengaruhnya terhadap variable terikat, baik secara terpisah maupun bersama-sama, kedua variable bebas dimanipulasi secara eksperimental. Eksperimen factorial yang paling sederhana adalah perlakuan 2x2. Biasanya pada eksperimen factorial sederhana, variable bebas yang dimanipulasi faktor merupakan variable eksperimen, sedangkan variable bebas level yang kedua merupakan variable atribut. Pengaruh perlakuan eksperimental terhadap variable terikat dinilai pada setiap level variable. Eksperimen factorial bisa dikembangkan menjadi eksperimen yang lebih kompleks, yaitu eksperimen yang mempunyai beberapa variable bebas. Eksperimen komplek terdiri atas beberapa faktor dn beberapa level. Misalnya, eksperimen factorial 2x3x4 menunjukkan bahwa jumlah variable bebas pada eksperimrn tersebut 2 faktor, 3 level, dan 4 perlakuan tiap level. Eksperimen semacam ini misalnya menggunakan 2 metode terapi, 3 tingkatan usia, dan empat kelompok latar belakang keluarga. Akan tetapi apabila terlalu banyak faktor dan level yang dikombinasi tentu analisa statistiknya menjadi sulit dianalisa. Kelebihan Eksperimen Faktorial Kelebihan eksperimen factorial antara lain Lebih efisien karena dapat dilakkan hanya satu kali eksperimen. Memberi ruang kepada peneliti untuk menyelidiki berbagai bentuk interaksi dalam penelitian perilaku Pengujian hipotesis menjadi lebih kuat Pengendalian variable lebih baik karena dilakukan dengan beberapa perlakuan sekaligus. Hasil eksperimen dapat digenealisasikan terhadap beberapa variable bebas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil eksperimen lebih valid pada beberapa situasi dan subjek penelitian. Pertanyaannya adalah bagaimana mendesain penelitian eksperimental dengan melibatkan labih dari satu variable bebas? Sebagai contoh seorang peneliti ingin mengetahui ada-tidaknya perbedaan pengaruh bentuk iklan terhadap ingatan produk yang diiklankan pada anak laki-laki dan perempuan. Jika masalah tersebut ingin diteliti dengan desain 2 kelompok peneliti perlu melakukan 2 penelitian eksperimental. Pertama, membandingkan 2 kelompok anak laki-laki . satu kelompok diberi iklan berbentuk humor dan satu kelompok lain diberi iklan berbentuk netral. Kedua, membandingka 2 kelompok anak perempuan seperti halnya kelompok laki-laki. Akan tetapi, penelitian dilakukan dengan desain anavar, diperlukan penelitian eksperimental dengan 4 kelompok, yaitu 1 kelompok anak laki-laki yang diberi iklan humor 2 kelompok anak laki-laki yang diberi iklan netral 3 kelompok anak perempuan yang diberi iklan humor 4 kelompok anak perempuan yang diberi iklan netral. Kemudian dilakukan analisis statistic menggunakan uji-F anavar satu jalur. Desain yang tepat untuk menjawab masalah di atas adalah desain factorial. Hal ini karena sebagaimana telah dijelaskan, desain eksperimen factorial adalah desain penelitian yang melibatkan lebih dari satu variable bebas. Desain Faktorial Desain faktorial merupakan desain khusus dari penelitian eksperimental Christensen dalam Seniati dkk, 2011. Desain factorial bukan hanya sebuah desain, melainkan merupakan sekelompok desain Robinson dalam Seniati dkk., 2011. Meskipun berbeda pendapat, keduanya sependapat bahwa desain factorial digunakan untuk penelitian eksperimental yang melibatkan lebih dari sebuah variable bebas. Desain factorial menyangkut 2 hal pertama, variable bebas yang terlibat. Desain factorial dua-faktor two factor factorial design digunakan untuk penelitian yang memiliki 2 variabel bebas. Desain penelitian tiga-faktor digunakan pada penelitian dengan tiga variable bebas, dan seterusnya. Kedua, menyangkut jumlah level, tingkat, atau variasi dari masing-masing variable bebas yang terlibat. Penamaan ini selain menunjukkan jumlah variable yang terlibat, juga menunjukkan jumlah variasi VB1 sejumlah A dan variasi VB2 sejumlah B. Jumlah variable Bebas terlibat Jumlah Variasi variable bebas Desain Faktorial 2 faktor Desain factorial A x B Desain factorial 3 faktor Desain factorial A X B X C Desain factorial 4 faktor Desain factorial A x B X C X D Contoh Tabel diatas merupakan contoh penelitian factorial 2 faktor karena memiliki duia VB atau disebut juga penelitian factorial desain 3 X 2 karena warna ruangan VB1 memiliki 3 variasi dan iklan VB2 memiliki 2 variasi. Dengan demikian penelitian tersebut membutuhkan enam kelompok. Penggunaan Desain factorial merupakan satu-satunya desain yang menggunakan teknik kontrol variable sekunder dengan menjadikannya sebagai variable bebas kedua. Desain factorial dapat digunakan apabila ada sebuah atau beberapa variable sekunder yang dikontrol dengan memasukkan dalam penelitian dan dijadikan variable bebas. Misalnya seorang guru ingin meneliti pengaruh perbedaan metode pengajaran ceramah dan diskusi terhadap prestasi belajar siswa pad mata pelajaran Kewarganegaraan. Kedua metode ceramah dan diskusi dilaksanakan di ruang yang berbeda. Metode ceramak di ruangan ber AC dan metode diskusi tidak di ruang ber AC. Ketika muncul variable suhu udara sebagai variable sekunder yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Karena variable suhu tidak dapat dikonstansi lebih baik suhu dijadikan variabelbebas kedua sehingga kesimpulan penelitian lebih cepat dn akurat. Dalam penjelasan mengenai penelitian eksperimental telah diungkapkan bahwa penelitian eksperimental dilakukan apabila VB penelitian dapat dimanipulasi. Karena itu, penelitian eksperiemen terbatas penggunaanya, karena tidak semua variable dapat dimanipulasi. Pada desain factorial tidak semua VB terlibat harus dimanipulasi. 1. Masalah yang dapat dijawab dalam desain eksperimen factorial meliputi Pertama, pengaruh utama main effect dari masing-masing variable bebas terhadap variable terikat Kedua, pengaruh interaksi interaction effect0 antar variable bebas yang terlibat terhadap variable terikat. 2. Pertanyaan yang muncul Apakah VB1 dapat mempengaruhi VT ? Apakah VB 2 dapat mempenggaruhi VT? Apakah interaksi antara VB1 dan VB2 dapat mempengaruhi VT? Adapun jenis desain factorial 1. Randomized Factorial Desain Menggunakan lebih dari Variabel bebas yang terlibat, menggunakan teknik kontrol randomisasi. 2. Randomized Blocked Factorial design Desain ini lebih bnayak menggunakan teknik kontrol dibandingkandengan teknik sebelumnya. Desain ini memggunakan teknik kontrol konstansi terhadap variaber sekunder dengan blocking. 3. Statistical Control with factorial desain Penggunaan kontrol statistic untuk VB memiliki kelebihan yaitu kontrol dapat dilakukan apabila pelaksanaan penelitian sudah selesai yaitu dengan mengontro hasi statistic. Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Eksperimen Faktorial - Keunggulan, Kelebihan, dan Desain Faktorial. Semoga bermanfaat. Daftar Pustaka Marliani, Roslenty. Psikologi Eksperimen. Bandung Pustaka Setia Seniati, Liche; Yulianto, Aries; dan Setiadi, 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta PT Indeks.14Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen. Oleh Rina Hayati Diposting pada 8 Februari 2022. Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan dalam bidang apa pun, akan tetapi kebanyakan tujuan melakukan penelitian biasanya untuk memperluas pengetahuan di dunia fisik, biologis, dan sosial. Melalui penggunaan metode penelitian
Menurut Kurt Lewin 1935, 1936, 1951, Psikologi Sosial memahami perilaku sebagai fungsi dari individu dalam merespon lingkungan. Namun, bagaimana lingkungan ini digambarkan? Lingkungan yang seperti apa? Karena lingkungan sendiri merupakan perpotongan dari berbagai konteks sosiokultural, maka Branscombe & Byron 2017 menawarkan sebuah formula baru terkait dengan manusia yang menarasikan diri dalam identitasnya. “Siapa diri kita” — atau katakanlah identitas kita — akan memengaruhi pikiran dan perilaku, pemahaman psikologi seseorang diperkaya dengan rangkaian berikut ini Konteks Sosial / Pengalaman => Identitas Diri => Perilaku Sosial. Formula tersebut bisa dibaca demikian konteks hidup seseorang akan menawarkan pengalaman hidup bukan life experience, melainkan lived experience tertentu yang kemudian menentukan identitas seseorang yang kemudian terekspresikan dalam perilaku. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitiannya, Manstead 2018 menemukan bahwa kondisi material di mana seseorang tumbuh, hidup, dan berkembang menentukan bagaimana identitas memengaruhi cara kita berpikir dan merasakan hal di sekitar kita. Berbeda dengan orang-orang kelas menengah, orang kelas bawah cenderung tidak mendefiniskan diri berdasarkan status sosial-ekonomi, memiliki konsep diri yang saling bergantung, menjelaskan peristiwa berdasarkan situasi, dan memahami persoalan dalam dunia terjadi karena kontrol diri yang rendah. Persoalan kelas sosial-ekonomi juga menentukan empati dan kemungkinan menolong yang dikatakan Manstead 2018 lebih ditampilkan oleh kelas sosial-ekonomi menengah. Bukan kemudian secara alamiah kelas sosial-ekonomi menengah ini lahir dengan naluri menolong yang lebih besar, melainkan perilaku tersebut juga ditentukan oleh kondisi material atau sumber daya yang dimiliki. Artinya, situasi deprivatif merasa kekurangan yang terjadi dalam kelas bawah menunjukkan adanya ketidakberimbangan distribusi sumber daya. Sebagaimana ilmu-ilmu lain, Psikologi Sosial menawarkan rangkaian nilai dan metode dalam rangka memahami formula di atas. Psikologi Sosial mendasarkan pada empat nilai dasar 1 Akurasi; 2 Obyektivitas; 3 Skeptisisme; dan 4 Keterbukaan pikiran Branscombe & Byron, 2017. Akurasi dipahami sebagai komitmen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai dunia dalam kehati-hatian, ketepatan, dan meminimalisir kekeliruan. Dalam akurasi ini, perbedaan perspektif akan memengaruhi cara pandang terhadap suatu masalah. Misalnya, alasan-alasan orang yang mengalami depresi akan berbeda satu sama lain. Ada yang depresi karena putus cinta, tetapi ada pula yang depresi karena kondisi sosial ekonominya tidak memadai. Sementara itu, obyektivitas merupakan komitmen untuk memperoleh dan mengevaluasi informasi dengan sebisa mungkin menghindarkan bias dalam membangun gagasan. Selanjutnya adalah skeptisisme yang merupakan komitmen untuk terus-menerus mempertanyakan temuan lewat verifikasi. Verifikasi ini mengandaikan bahwa temuan merupakan gagasan yang senantiasa berubah. Terakhir adalah keterbukaan pikiran, yang mana mensyaratkan keterbukaan dalam perubahan cara pandang apabila bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa temuan lama sudah tidak lagi relevan. Bentuk keterbukaan ini bukan sekadar terhadap gagasan orang lain, tetapi juga gagasan yang muncul dari kritik-diri self-critique Jovanović, 2011. Berdasarkan pada keempat semangat di atas, tulisan ini berminat menjelaskan bagaimana teori dan metode dipraktikkan dalam Psikologi Sosial. Setelah penjabaran teori dan metode yang umumnya digunakan dalam metode Psikologi Sosial, selanjutnya akan diberikan ulasan kritis serta beberapa contoh penelitian terapan di Indonesia. Pada bagian akhir juga akan digagas beberapa model perspektif alternatif yang muncul dari teori kritis critical theory. Sebagai pembuka bagian ini, berikut akan dijelaskan beberapa metode dan perspektif yang “biasanya” dijadikan dasar teori dalam Psikologi Sosial. Metode dalam Psikologi Sosial Branscombe & Byron 2017 menuliskan bahwa ada tiga metode yang seringkali digunakan dalam Psikologi Sosial, yakni observasi sistematik, statistik korelasi, dan eksperimen. Dalam observasi sistematik, dikenal dua model; pertama adalah observasi alamiah naturalistic observation dan kedua adalah survei. Dalam observasi sistematik, peneliti melakukan pengamatan dengan hati-hati dan pengukuran yang akurat terhadap perilaku yang spesifik dari manusia. Dengan melakukan observasi alamiah, peneliti berarti melakukan pengamatan perilaku dalam latar hidup alami manusia. Tugas peneliti adalah mencatat perilaku apa saja yang terjadi dalam konteks hidup manusia dan tanpa ada intervensi terhadap perilaku. Pada metode kedua, yakni survei, peneliti memberikan pertanyaan yang kemudian akan direspon oleh para responden terkait dengan sikap atau perilaku mereka. Pada praktiknya, para psikolog sosial seringkali menggunakan metode ini untuk mengetahui gambaran sikap terhadap sebuah isu sosial tertentu, misalnya sikap terhadap aborsi, legalisasi mariyuana, atau pilihan politiknya. Dalam praktik di bidang lain, para peneliti menggunakan survei untuk mengetahui respon terhadap suatu produk. Melalui survei, responden penelitian dapat diperoleh dengan lebih mudah – apalagi ditambah dengan hadirnya internet. Dalam melakukan survei, seorang peneliti perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama adalah terkait sampling, yang mana orang yang berpartisipasi dalam survei harus secara representatif mewakili populasi tertentu. Berikut adalah cara penghitungan ukuran sampel berdasarkan model Slovin Blair & Blair, 2015. Gambar 1. Rumus Slovin Keterangan n ukuran sampel N ukuran populasi e margin of error Meskipun demikian, pengambilan data mengenai survei juga seringkali dipertanyakan apakah benar-benar bisa menggambarkan kondisi individu. Sebagai contoh, apabila dalam survei terkait kebahagiaan yang mengisi hanya orang yang merasa bahagia, maka yang terjadi adalah survei ini tidak bisa mengukur perbedaan antara yang bahagia dengan yang tidak bahagia. Demikian juga, tidak menutup kemungkinan apabila yang mengisi survei tersebut adalah mereka yang tengah merasa tidak bahagia dan dengan mengisi survei tersebut justru berharap menjadi bahagia. Belum lagi, konsep soal kebahagiaan bisa beragam. Ada yang merasa bahagia karena memiliki uang atau merasa bahagia karena memiliki intimitas dengan orang lain. Selain isu soal sampling, cara penyampaian kata dalam pertanyaan juga seringkali menjadi problematis. Misalnya, dalam survei kebahagiaan kita menanyakan “Seberapa bahagia dirimu dalam hidupmu yang sekarang?” akan dijawab berbeda apabila pertanyaannya demikian “Bandingkan dengan hari paling bahagia yang pernah kamu alami, seberapa bahagia kondisi hidupmu saat ini?” Kedua pertanyaan tersebut memungkinkan dua jawaban berbeda. Dalam pertanyaan pertama maupun kedua; orang diwajibkan menjawab dengan ukuran kuantitatif, tetapi jawaban tersebut mereduksi kualitas kebahagiaan ke dalam bentuk angka-angka. Pertanyaannya kemudian, apakah persoalan kebahagiaan bisa diwakili dengan angka-angka? Metode lain yang memiliki kemiripan dengan survei adalah korelasi. Korelasi berusaha untuk mencari hubungan antarvariabel inferensial. Istilah korelasi merujuk pada kecenderungan sebuah hal diasosiasikan dengan perubahan-perubahan dalam hal lain. Hal atau aspek yang dapat berubah ini kemudian disebut sebagai variabel, yang memiliki nilai berbeda. Ketika ada sebuah korelasi, maka adalah mungkin untuk memprediksi sebuah variabel dari informasi terkait variabel lain. Prediksi tersebut kita kenal dengan istilah hipotesis yang kemudian diuji secara statistik dan memberikan kesimpulan umum terkait korelasi antar-variabel. Pertanyaan dalam penelitian korelasi misalnya “Apakah ada korelasi antara jumlah uang yang disumbangkan variabel bebas seseorang dengan tingkat kebahagiaannya variabel tergantung?” Nilai korelasi berkisar antara 0 sampai -1,00 atau +1,00. Semakin mendekati +1,00 atau -1,00, maka nilainya semakin besar dan dengan demikian akan dianggap memiliki prediksi yang lebih akurat dari korelasi antarvariabel. Dalam mengukur korelasi, kita memerlukan sebuah hipotesis yang diturunkan dari konsep-konsep yang telah dikaji sebelumnya. Misalnya, ada pertanyaan mengenai “Apakah ada hubungan antara kepribadian seseorang dengan status di Facebook-nya?” Pertama kita perlu melihat mengukur atau mengidentifikasi kepribadian para responden, baru kemudian melihat status Facebook-nya. Meskipun demikian, kita tidak bisa menentukan mengapa sebuah korelasi bisa kuat atau lemah, kita hanya bisa mengatakan ada korelasi. Masih terkait dengan survei, persoalan kemudian muncul dengan gagasan bahwa sebuah ilmu pengetahuan mestinya bisa menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” Ratner, 2006. Metode ketiga adalah eksperimen. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam eksperimen, pertama adalah kekuatan sebuah variabel yang memengaruhi aspek perilaku sosial yang berubah dan kedua adalah efek perubahan yang bisa diukur. Misalnya pengukuran soal “Apakah dengan menonton tayangan yang penuh kekerasan akan meningkatkan kemungkinan untuk melakukan agresi terhadap orang lain?” Pertanyaan ini bisa dijawab lewat eksperimen dengan menayangkan video yang mengandung unsur kekerasan atau bermain aplikasi yang mengandung unsur kekerasan. Setelah melihat video tersebut, para peserta, misalnya, diminta untuk memberikan sambal ke dalam sebuah gelas dan mengatakan bahwa gelas tersebut akan diminum orang lain dalam rangka percobaan sensitivitas terhadap rasa. Apabila ditemukan bahwa mereka yang melihat tayangan kekerasan memberikan sambal yang lebih banyak dibanding mereka yang tidak melakukan kekerasan, maka dapat disimpulkan bahwa tayangan kekerasan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perilaku agresi. Meskipun demikian, dalam eksperimen tersebut, bisa jadi ada variabel lain yang menyebabkan kekerasan tidak berlanjut pada agresi atau bahkan menambah partisipan menjadi lebih agresif. Variabel ini disebut dengan variabel pengacau/perancu/pengangguconfounding variable. Misalnya, dalam eksperimen tersebut ada bantuan dari asisten di mana ada asisten yang menyampaikan tata cara eksperimen secara kasar dan ada pula asisten yang ramah. Apabila diterapkan pada partisipan, persepsi bahwa para asisten berlaku kasar ini mungkin saja akan mengacaukan atau menambah perilaku lebih agresif. Contoh lain adalah apabila partisipan memiliki tingkat empati yang tinggi, bukankah ini juga akan berpengaruh terhadap pemberian sambal? Pengukuran empati ini bisa dijadikan bentuk adanya variabel mediasi mediating variable yang apabila tidak dipertimbangkan justru menjadi confounding variable. Dalam hal ini, pengabaian terhadap variabel-variabel lain yang mungkin menyumbang terjadinya suatau perilaku memungkinkan interpretasi menjadi tidak tepat. Selain itu, ada juga pertimbangan validitas eksternal yang seringkali dibahas dalam variabel eksperimen. Pertimbangan tersebut misalnya Bagaimana temuan dalam eksperimen ini ketika diterapkan dalam kehidupan nyata dengan kondisi lingkungan dan orang-orangnya yang berbeda? Apakah kehidupan sosial kita bisa digambarkan secara tepat lewat sebuah eksperimen? Gambar 2. Contoh Variabel Pengacau/Perancu/Penganggu Apabila kita amati, metode yang telah disebutkan di atas cenderung bernuansa kuantitatif. Mengapa dalam psikologi sosial metode kualitatif tidak dibahas oleh Branscombe dan Byron 2017? Padahal, intensi psikologi sosial adalah memahami perilaku manusia dalam konteks hidupnya. Dengan menafikan kualitas pengalaman manusia, bukankah berarti justru mengkhianati tujuan awal Psikologi Sosial, yakni memahami perilaku sebagai fungsi dari individu dalam merespon lingkungan? Guna menjawab hal tersebut, kita akan melanjutkan pada perspektif teori, baru kemudian kita akan menyentuh pertanyaan tersebut. Perspektif Teoretis yang Biasanya dalam Psikologi Sosial Branscombe & Byron 2017 menyatakan, setidaknya, ada tiga perspektif utama yang berkembang dalam kajian Psikologi Sosial, yakni psikoanalisis, perilakuan, dan gestalt. Perspektif psikoanalisis digawangi oleh Freud yang menyatakan bahwa “perilaku dimotivasi dari dalam oleh dorongan dan impuls internal yang kuat, seperti seksualitas dan agresi.” Freud meyakini bahwa konflik psikologis orang dewasa merupakan stagnansi tahap perkembangan psiko-seksual oral, anal, phallic, laten, genital. Sebagai contoh, seorang perokok adalah mereka yang mengalami ketidakberesan pada tahap perkembangan oral. Ketergantungan oral ini merupakan kenikmatan yang dirasakan oleh seseorang ketika saraf-saraf di sekitar bibirnya dirangsang. Teori ini kemudian dikritik karena dianggap terlampau deterministik, bahwa manusia ditentukan oleh tahap psikoseksual dan cenderung biologis. Kedua adalah teori perilakuan yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov dan Skinner. Teori ini lebih berfokus pada apa yang bisa diamati. Para behavioris tidak tertarik dengan pemikiran dan perasaan subyektif. Kebanyakan dari mereka melakukan penelitian eksperimen yang menempatkan perilaku hewan seperti tikus, merpati, atau anjing juga sebagaimana terjadi pada manusia. Sebagai contoh adalah penelitian Pavlov dengan melihat respon anjing. Pada tahap pertama, Pavlov memperlihatkan makanan pada seekor anjing yang kemudian mengeluarkan air liur. Dalam kondisi ini, makanan disebut sebagai Unconditioned Stimulus UCS dan air liur disebut sebagai Unconditioned Response UCR. Pada tahap kedua, dibunyikan bel sebagai stimulus netral, tentu saja air liur anjing tidak keluar. Pada tahap ketiga, bel dibunyikan bersamaan dengan dihadirkannya makanan UCS, maka air liur anjing akan keluar UCR. Pada tahap keempat, bel dibunyikan Conditioned Stimulus/CS tanpa dihadirkannya makanan, hasilnya air liur anjing keluar Conditioned Response/CR. Apa yang luput dibahas dalam teori perilakuan, juga psikoanalisis klasik, adalah agensi manusia. Gambar 3. Teori Pengkondisian Klasik Pavlov Perspektif ketiga adalah Psikologi Gestalt yang dikembangkan oleh Wolfgang Köhler, Kurt Koffka, Kurt Lewin dan beberapa psikolog Eropa yang pada tahun 1930an imigrasi ke Amerika. Menurut mereka, manusia membentuk persepsi yang koheren utuh dan bermakna berdasarkan keseluruhan, bukan berdasarkan bagian-bagian. Ketika Anda bertemu dengan pacar Anda, apakah Anda hanya memperlakukannya sebagai kumpulan dari kaki lengan, kepala, dan tubuh? Menurut Gestalt, Anda akan memperlakukan ia sebagai seorang manusia utuh, tidak melihatnya dalam bagian yang terpisah. Eksperimen Köhler 1925 menggunakan seekor simpanse yang diberi stimulus berupa pisang yang tingginya tidak terjangkau. Dalam kandang simpanse, Köhler menata peti-peti yang ditumpuk. Simpanse kemudian memindahkan peti-peti tersebut untuk meraih pisang. Dalam eksperimen ini, Köhler menyimpulkan bahwa simpanse dapat menyimpulkan keterkaitan antara hal-hal di sekitarnya untuk memecahkan masalah – pun dengan manusia. Ketiga teori tersebut didasarkan pada model ilmu alam – bahkan yang dijadikan percobaannya adalah jenis binatang tertentu. Misalnya dalam psikoanalisis, Freud mendasarkan diri pada hukum termodinamika energi dari ilmu fisika. Salah satu hukum termodinamika berbunyi demikian “Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan oleh manusia; tetapi bisa berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain.” Apabila diterapkan dalam kehidupan psikis, maka apabila seseorang merepresi hasratnya untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain, maka energi seksual tersebut akan terekspresikan dalam bentuk lain; masturbasi, melukis, membuat film, atau berdoa. Pemunculan ekspresi ini tampak dalam keseharian kita seperti dalam mimpi, selip lidah, selip tulisan, karya seni, atau humor Freud, 1917/2015. Freud 1917/2015 pernah menceritakan bahwa seorang perdana menteri pernah diminta membuka sebuah acara, tetapi dalam pidatonya malah mengatakan “Dengan demikian, acara ini resmi ditutup!” Mengapa demikian? Freud menjelaskan bahwa kesalahan ucap tersebut didasari oleh keinginan si perdana menteri untuk segera mengakhiri acara. Selain contoh tersebut,bagaimana energi psikis dipindahkan displaced, Anda dapat mengamati humor di bawah ini – yang mana menceritakan soal pemindahan energi dan juga terekspresikan dalam kesalahan ucap. Makan di Hotel Adi memiliki pacar baru bernama Sandra. Suatu kali, ia mengajak Sandra untuk makan di sebuah restoran yang berada di hotel terkenal di kotanya. Ketika ia hendak memesan segelas wine dan dua buah salad, ia mengatakan pada pelayan demikian “Kami pesan sebuah kamar dengan dua buah tempat tidur.” Apabila berdasar pada humor di atas, kita tidak bisa sekadar menyimpulkan bahwa karena ada yang direpresi makanya Adi salah ucap. Lebih jauh daripada hal tersebut, perlu dicari tahu mengapa dan bagaimana si Adi bisa salah ucap dengan konteks pengucapannya di hotel. Persoalan pendekatan dengan model ilmu alam membuka peluang untuk melihat manusia layaknya mesin yang mekanis atau bahkan sama dengan hewan. Artinya, menurut tradisi akademis ilmu alam ini, ada sebuah teori universal tentang perilaku manusia. Tidak terelakkan lagi, tradisi positivistik yang pesat berkembang di Amerika Utara menjadi gejala bahwa penelitian Psikologi terkadang hanya mengulang teori-teori yang sudah mapan. Kondisi tersebut kemudian memunculkan resistensi terhadap gaya berpikir Psikologi yang umumnya menyamaratakan kondisi manusia, meskipun pada kenyataannya subyek yang dijadikan penelitian adalah mereka yang berada dalam kategori WEIRD Western, Educated, Industrialized, Rich, and Democratic – yang memiliki karakteristik berbeda dengan negara-negara Selatan, misalnya Indonesia. Beberapa Perkembangan Psikologi Sosial Kontemporer McFadden 2017 menyatakan bahwa dalam Psikologi Sosial, pandangan konservatif seringkali mewarnai penelitian. Misalnya pembagian biologis-anatomis manusia ke dalam dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Dengan cara berpikir heteronormativitas ini, homoseksualitas dipandang sebagai sesuatu yang tidak alamiah dan dengan demikian dianggap menyimpang atau bahkan penyakit. Implikasinya bisa lebih jauh dibutuhkan intervensi psiko-medis. Meskipun demikian, setidaknya setelah tahun 1960an, seksualitas dipandang sebagi pilihan gaya hidup, orientasi seksual, atau identitas alih-alih ditentukan oleh gen, hormon, atau gangguan bagian otak tertentu. Dalam perkembangannya, seksualitas dihadirkan sebagai sebuah konsep historis, dikonstruksi lewat banyak wacana dalam konteks hukum, religiusitas, medis, dan ilmiah. Dengan pengaruh historis dari wacana ini, konsep mana yang normal dan mana yang tidak kemudian menentukan cara berpikir seseorang. Dari kasus ini, manakah metode penelitian yang sesuai? Apakah observasi, korelasi, atau eksperimen? Perdebatan mengenai seksualitas tersebut coba untuk mendobrak anggapan umum terkait bagaimana seksualitas didefinisikan, karenanya dibutuhkan metode penelitian yang tidak bisa dijawab ketiga metode di atas. Oleh karena itu, perlunya penjelasan epistemologis mengenai bagaimana sebuah temuan dianggap benar dan tidak benar oleh suatu masyarakat pada saat dan tempat tertentu – dengan kata lain; konstruksi pengetahuan Foucault, 1969/2002. Sebelum masuk ke lebih jauh, kita perlu mengetahui dua hal penting dalam pemahaman keilmuan dan cara pandang Psikologi Sosial terhadap manusia. Pemahaman keilmuan ini yang disebut dengan epistemologi. Dalam melakukan kajian soal pengetahuan dan bagaimana pengetahuan tersebut dianggap benar, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam epistemologi adalah Kondisi macam apa yang diperlukan sebuah pengetahuan menjadi sah disebut pengetahuan? Dari mana sumber pengetahuan tersebut? Bagaimana struktur dan batasan pengetahuan tersebut? Sementara dalam penilaian bahwa sebuah pengetahuan itu “benar”, kita dapat bertanya Mengapa ada suatu konsep yang dianggap lebih “benar”? Bagaimana konsep “benar” ini dicapai? Oleh karena itu, dalam perkara demikian, epistemologi menekankan pada penciptaan dan penyebaran atau diseminasi pengetahuan. Dalam Psikologi, epistemologi yang umum berlaku adalah soal bagaimana mengukur, menjelaskan, dan memprediksi perilaku. Hanya perilaku atau sesuatu yang tangible saja yang bisa diukur. Dalam episteme seperti ini, maka bentuk asumsi yang sifatnya “realis” akan lebih diterima. Asumsi realis ini mengandaikan bahwa kita hanya merespon apa yang terjadi dalam dunia eksternal, artinya kita tidak punya peranan untuk mengonstruksi/dikonstruksikan realitas. Pendekatan epistemologi ini tentu saja akan memberikan hasil yang berbeda apabila fokusnya pada kesadaran — tak melulu perilaku. Ketika berfokus pada kesadaran, maka baik yang tangible maupun yang intangible akan menjadi fokus. Berfokus pada kesadaran berarti menganggap manusia sebagai agen yang terus-menerus membangun dunianya; bahwa manusia memiliki intensi. Sifat kontinuitas ini mengandaikan bahwa cara pandang kita terhadap dunia akan senantiasa berubah. Gaya konstruksionis ini lebih kentara dalam disiplin Antropologi, Sosiologi, atau ilmu sosial kritis – belakangan juga di Psikologi lihat seri tulisan Konstruksionisme Sosial dalam oleh Harimurti, 2020. Sebagai contoh bagaimana melihat yang intangible, perhatikan humor berikut Lenin di Polandia Seorang seniman ditugaskan untuk membuat lukisan untuk merayakan persahabatan Soviet-Polandia. Lukisan tersebut diberi judul “Lenin di Polandia.” Ketika lukisan itu diresmikan di Kremlin, para tamu undangan kebingungan; lukisan itu menggambarkan Nadezhda Krupskaya istri Lenin telanjang di tempat tidur bersama Leon Trotsky. Seorang tamu bertanya, “Wah, ini mengada-ada! Di mana Lenin?” Yang kemudian dibalas oleh si pelukis, “Lenin ada di Polandia.” Žižek, 2014 Menurut Cosgrove, Wheeler, & Kosterina 2015, cara pandang realis berakar pada masa Pencerahan di Eropa abad ke-18. Pada era ini, matematika menjadi bahasa yang dapat diterapkan pada disiplin keilmuan lain, yakni lewat kuantifikasi dalam berbagai bidang ilmu, termasuk dalam hal ini adalah laboratorium Wundt 1879 yang menjadi penanda lahirnya ilmu Psikologi. Sepanjang terjadinya proses perkembangan teknologi dan industri, dibutuhkan sesuatu yang bisa digunakan untuk melakukan kontrol. Karena itu, digunakanlah tes dan eksperimen laboratorium dalam Psikologi sebagai salah satu kekuatan politik. Penggunaan Psikologi dan profesi sebagai ahli psikologi ini mendatangkan banyak keuntungan dari para ilmuwan Psikologi terutama dengan ada standarisasi norma pengetesan. Profesionalisasi ini berbarengan dengan hadirnya rangkaian nilai dan menempatkan Psikologi dalam meja kerja yang positivistik, obyektif, dan keyakinan akan bebas-nilai Cosgrove, Wheeler, & Kosterina, 2015. Namun, dapatkah sebuah ilmu menjadi bebas-nilai? Asumsi obyektivitas dan bebas-nilai menuai kritik dalam cara mendekati manusia. Terkhusus pada ciri bebas-nilai atau netral, tidak mungkin sebuah ilmu hanya digunakan untuk kepentingan ilmu itu sendiri. Suatu temuan dalam keilmuan memiliki implikasinya. Ingat Carl von Linne? Lebih daripada hal tersebut, sebuah ilmu hendaknya berguna bagi kesejahteraan bersama common good di masyarakat. Dari cara mendekati manusia yang melulu bersifat mengontrol dan mendisiplinkan ini, muncul gagasan mengenai bagaimana sebaiknya manusia dipahami dalam ilmu psikologi. Atau, perlu dilihat ontologi dalam psikologi. Pertanyaan ontologis yang fundamental dalam psikologi adalah Apa yang sebaiknya menjadi subyek penelitian dalam psikologi, perilaku atau kesadaran pengalaman hidup? Komitmen epistemik seperti apa yang dipegang psikologi untuk perjuangan mendefinisikan diri dan menafsirkan tujuannya sebagai sebuah ilmu? Dari pertanyaan ontologis ini muncul berbagai kritik terhadap pendekatan kuantitatif yang bisa kita lihat lebih luas hubungan antara epistemologi bagaimana dunia/pengalaman/perilaku yang nyata dan ontologi sebetulnya apa dunia/pengalaman/perilaku yang nyata. Pertanyaan ini secara tidak langsung memberi kritik terhadap metode eksperimen dan kuantitatif. Teo 2018 menunjukkan bahwa refleksi ontologis dalam psikologi idealnya diarahkan pada apa yang mestinya dipelajari psikologi, karakteristik unik subyek psikologis atau kompleksitas obyek dan kejadian psikologis? Refleksi ontologis tersebut terarah pada pendekatan kualitatif yang cenderung merayakan kompleksnya pemahaman terhadap fenomena psikologis. Namun, dalam hal ini patut kita tegaskan bahwa kita tidak berfokus pada mana yang lebih baik, kuantitatif atau kualitatif. Karena selama ini dominasi keilmuan dalam Psikologi Sosial cenderung kuantitatif, maka kita mesti berfokus pada kenapa banyak ditemukan kelemahan dalam penelitian sebuah ilmu dikatakan berkembang apabila self-critique juga berlangsung? Tidak jauh berbeda dengan kuantitatif, kualitatif sendiri tidak sedikit yang dilakukan dalam kerangka positivistik – yang menekankan pada bukti empiris, teramati, dan pengulangan teori demi sebuah analisis general pada semua konteks.. Edmund Husserl dalam Cosgrove, Wheeler, & Kosterina, 2015 mengatakan bahwa pada awal 1900an ada perubahan besar dalam ilmu pengetahuan, yakni dari deskripsi ke kausalitas. Perubahan tanpa dasar filosofis yang kuat ini kemudian mendorong psikologi untuk melakukan penelitian yang sifatnya membuat kesadaran sebagai subyek yang alamiah, tidak terpengaruh dari dunia luar atau agensi manusia. Atau dengan kata lain, sudah ada cetak biru atau rumus pasti dalam kehidupan sosial. Dalam kondisi penelitian demikian, terciptalah dikotomi antara subyek/obyek. Pembagian dikotomis tersebut diikuti dengan asumsi bahwa pengalaman hidup lived experience merupakan sesuatu yang dengan mudah bisa diukur. Asumsi ini membentuk psikologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan tertentu positivistik dan empiris, yang meyakini bahwa ilmu alam merupakan jalan paling valid untuk mendapatkan pengetahuan. Asumsi ini, tentu saja, tidak berhasil mengapresiasi konteks sosiopolitik sebagai dasar dari pengalaman. Apabila hendak melakukan transformasi, maka psikologi perlu untuk melakukan konseptualisasi-ulang posisinya sebagai ilmu manusia yang punya dasar yang lebih konstruksionis. Konseptualisasi ulang ini bukan berarti menjauhkan kuantitatif dari psikologi, melainkan melihat kuantitatif sebagai sumber yang menyediakan data interpretif yang bisa diselidiki lebih jauh, bukan sekadar data yang obyektif. Penyelidikan interpretif ini harus bersifat refleksif, pendekatannya kontekstual, dan tidak menghamba-diri pada cara pandang klasik di mana kuantitatif atau eksperimen dianggap sebagai jalan paling valid dan terpercaya untuk memperoleh pengetahuan. Beberapa Contoh Penelitian Psikologi Sosial Ada sebuah penelitian yang amat terkenal dari Solomon Asch 1956. Asch mengumpulkan beberapa orang ke dalam satu ruangan. Dalam kumpulan orang yang sudah disuruhnya tersebut confederates, seorang partisipan dimasukkan. Mereka lalu diberitahu bahwa mereka akan menjalani sebuah tes psikologi secara visual untuk menentukan kesamaan panjang garis. Posisi para peserta diatur dan partisipan ditempatkan pada bagian paling akhir. Kemudian disajikan sebuah gambar garis utama yang dijejerkan garis A, B, dan C. Tugas para peserta adalah menjawab, garis mana yang sama dengan garis utama, garis A, B, atau C? Para orang suruhan sengaja menjawab salah. Ternyata, sebanyak 37 dari total 50 partisipan mengikuti jawaban dominan yang salah. Kebanyakan orang yang diwawancara setelah percobaan mengaku tidak percaya dengan jawaban dominan, namun karena takut dianggap salah, maka tetap menjawab sesuai jawaban dominan Branscombe & Byron, 2017. Diketahui kemudian bahwa dalam proses pelaksanaan eksperimen ini, tidak sedikit orang yang menjawab tepat. Artinya, dalam penelitian ini terdapat bias konfirmasi. Gambar 4. Stimuli dalam Eksperimen Konformitas Asch Penelitian lain yang tak kalah populer adalah yang dilakukan Stanley Milgram 1974. Penelitian eksperimen soal kepatuhan menuai berbagai kritik. Kritik utamanya adalah terkait bahwa para guru yang dijadikan partisipan penelitian menolak untuk memberi hukuman tegangan listrik terhadap para murid yang salah menjawab. Meskipun demikian, si eksperimenter memintanya untuk meneruskan; “Mohon teruslah.”, “Eksperimen ini butuh untuk kamu teruskan.”, “Penting untuk kamu teruskan.”, atau “Kamu sudah sampai sini, kamu harus meneruskan.” Dari kondisi ini, maka kritik kedua, terkait bahwa eksperimen ini bukan soal kepatuhan, melainkan lebih pada penerapan persuasi Gibson & Smart, 2017. Selain dua penelitian yang amat populer secara internasional tersebut, ada pula penelitian-penelitian yang patut kita amati pada konteks nasional. Misalnya penelitian yang dikerjakan oleh Muluk, Sukmaktoyo, dan Ruth 2013. Mereka menunjukkan bagaimana kekerasan suci atas nama agama dimungkinkan dengan adanya pembenaran atas nama jihad. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, narasi dalam melakukan kekerasan suci berkutat pada jihad, religiusitas, fundamentalisme, dukungan hukum Islam, atau persepsi ketidakadilan. Namun, Muluk, Sukmaktoyo, dan Ruth 2013 menunjukkan bahwa kekerasan suci, misalnya pada serangan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik 2011, lebih didorong oleh pandangan jihad. Faktor-faktor lain seperti ketidakadilan tidak ditemukan dalam penelitian ini. Tapi mengapa faktor-faktor lain tidak muncul? Muluk, Sukmaktoyo, dan Ruth 2013 menjelaskan bahwa; pertama, adanya kemungkinan bahwa mereka yang percaya pada jihad kekerasan juga percaya bahwa jihad diperintahkan oleh Tuhan dan merupakan kewajiban bagi semua Muslim. Dengan begitu, jihad sendiri menjadi bagian yang tidak dapat disangkal dari hukum Islam. Kedua, jihad mungkin dipandang sebagai cara untuk mencapai tujuan dalam hal ini melihat syariah diterapkan. Meskipun demikian, penelitian ini minim dalam menjelaskan mengapa pandangan jihad ini menjadi faktor yang penting dalam konteks Indonesia. Kita dapat membandingkan penelitian ini dengan temuan Sidel 2006 yang menekankan bahwa persoalan kekerasan atas nama agama merupakan persoalan absennya subjek Islam dalam konteks Indonesia kolonial hingga Indonesia kontemporer. Atau lebih spesifik lagi, adanya rasa ketidakberartian dalam konteks nasional yang kemudian diadopsi oleh subyek yang melakukan jihad Harimurti, 2018. Penelitian selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Maison, Marchlewska, Syarifah, Zein, dan Purba 2018 terkait dengan tanda halal pada makanan. Makanan yang memenuhi persyaratan halal ditandai dengan label halal pada kemasan dan harus sangat menarik bagi orang-orang Muslim yang mengikuti seperangkat hukum diet yang diuraikan dalam Al-Quran. Penelitian ini meneliti peran label halal isyarat eksplisit dan negara asal country-of-origin isyarat implisit dalam memprediksi persepsi produk positif di kalangan konsumen Muslim. Mereka berhipotesis bahwa ketika tanda eksplisit “kehalalan” yaitu, label halal yang berkaitan dengan produk tertentu disertai dengan tanda implisit dari “kehalalan” yaitu, informasi negara asal non-Islam, konsumen Muslim yang memperhatikan hukum diet Islam akan memiliki persepsi negatif terhadap produk semacam itu. Hasilnya, label halal itu sendiri memiliki pengaruh terbatas pada persepsi produk. Mereka juga menemukan bahwa persepsi produk yang positif menurun secara signifikan di antara orang-orang yang tinggi dalam perilaku pembelian berbasis agama dalam menanggapi paparan informasi negara asal non-Islam disertai dengan label halal. Sebagai kesimpulan, orang-orang yang tinggi dibandingkan dengan mereka yang rendah dalam perilaku pembelian berbasis agama tampaknya tidak mempercayai makanan berlabel halal yang diproduksi di negara dengan tradisi selain Islam. Tapi mengapa? Bagaimana penjelasannya? Sementara itu, dalam penelitiannya yang mulai mengakomodasi konstruksionisme, Giawa dan Nurrachman 2018 berusaha menggambarkan bagaimana rasa malu digambarkan oleh generasi muda di Jakarta. Mereka menunjukkan bahwa “generasi muda di Jakarta memaknai malu sebagai sesuatu yang dikaitkan dengan ketidakyakinan pada diri sendiri, peristiwa yang menimbulkan penilaian negatif dari orang lain, tampilan fisik yang tak ideal, pelanggaran pada prinsip-prinsip moralitas dan ketidaksesuaian pada etiket. Kelima hal tersebut dipahami, diyakini, dan dijalankan oleh generasi muda di Jakarta dalam memaknai rasa malu. Selain itu, ditemukan juga sejumlah makna lain, tetapi sifatnya masih berubah-ubah. Perubahan itu tergantung pada konteks sosial dimana generasi muda tersebut berada. Makna yang didapatkan ini berkaitan dengan prestasi yang rendah, ketidakdisiplinan, melakukan kesalahan, dan tidak aktif/berinisiatif.” Giawa & Nurrachman, 2018. Penelitian ini menjelaskan apa yang memungkinkan terjadinya pergeseran konsep rasa malu yang pada masa kolonialisme diarahkan pada urusan sosial. Meskipun, proses perubahan konsep malu belum dielaborasi dengan lebih detil atau etnografis. Penelitian seperti ini layak untuk terus dilakukan, ada faktor kontekstualitas dan historisitas yang beroperasi dalam pembentukan rasa malu. Berbagai penelitian dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum sempurna terjawab tersebut mendorong Psikologi sebagai sebuah ilmu yang hidup di tengah masyarakat, perlu untuk terus mendefinisikan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang ada dalam ruang hidup manusia. Perdebatan mengenai kapitalisme, gender, kekerasan, pendidikan, budaya populer, atau ekologi bisa dipertimbangkan sebagai topik-topik yang “wajib” digarap dalam lingkup Psikologi. Singkat kata, persoalan Psikologi bukan cuma yang individual saja, tetapi juga yang sosial. Bukan cuma mendiagnosis saja, tapi juga mempertanyakan diagnosis tersebut; siapa yang diuntungkan dan dipinggirkan dengan penciptaan konsep diagnosa tersebut. Terlebih lagi, pada praktiknya kita tidak bisa membuat batas tegas mana yang persoalan individual dan mana yang persoalan sosial Burr, 1995. Ada persoalan epistemologis yang perlu segera dibereskan bahwa kaitan antara individu dengan masyarakat bersifat resiprokal yang individual ya sosial dan yang sosial ya individual. Daftar Acuan Asch, S. E. 1956. Studies of independence and conformity I. A minority of one against a unanimous majority. Psychological Monographs General and Applied, 70, 1–70. Blair, E., & Blair, J. 2015. Applied survey sampling. Sage Publications. Branscombe, & Baron, 2017. Social psychology 14th ed., global ed.. Pearson. Burr, V. 1995. An introduction to social constructionism. Routledge. Cosgrove, L., Wheeler, & Kosterina, E. 2015. Quantitative methods Science means ends. Dalam I. Parker. Handbook of critical psychology. Routledge. Foucault, M. 1969/2002. The archaeology of knowledge trans. A. M. Sheridan Smith. Routledge. Freud, S. 1917/2015. A general introduction to psychoanalysis. Wordsworth Editions Ltd. Giawa, & Nurrachman, N. 2018. Representasi sosial tentang makna malu pada generasi muda di Jakarta. Jurnal Psikologi, 17, 1, 77-86. Gibson , S. & Smart, C. 2017. Social influence. Dalam B. Gough ed., The Palgrave handbook of critical social psychology. Palgrave. Harimurti, A. 2018. Kisah Yusuf Adirima Menjadi orang beragama, menjadi orang berguna? Dalam Prihatmoko & A. Harimurti, Mencari peran psikologi dalam Indonesia masa kini. Yogyakarta Sanata Dharma University Press. Jovanović, G. 2011. Knowledge and interest in psychology From ideology to ideology critique. ARCP 9, 10-29. Köhler, W. 1925. The mentality of apes. Kegan, Trench, Harcourt, Brace and World. Lewin, K. 1935. A dynamic theory of personality. McGraw-Hill. Lewin, K. 1936. Principles of topological psychology. McGraw-Hill. Lewin, K. 1951. Field theory in social science Selected theoretical papers. Harper & Row. Maison, D., Marchlewska, M., Syarifah, D., Zein, Purba, 2018. Explicit versus implicit “halal” information Influence of the halal label and the country-of-origin information on product perceptions in Indonesia. Frontiers in Psychology, 9, 382. Manstead, 2018. The psychology of social class How socioeconomic status impacts thought, feelings, and behaviour. British Journal of Social Psychology, 572, McFadden, M. 2017 Sexual identities and practices. Dalam B. Gough ed., The Palgrave handbook of critical social psychology. Palgrave. Milgram, S. 1974. Obedience to authority An experimental view. Harper & Row. Muluk, H., Sukmaktoyo, & Ruth, 2013. Jihad as justification National survey evidence of belief in violent jihad as a mediating factor for sacred violence among Muslims in Indonesia. Asian Journal of Social Psychology, 16, 101–111. Ratner, C. 2006. Cultural psychology A perspective on psychological functioning and social reform. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Sidel, J. 2006. Riots, pogroms, jihad Religious violence in Indonesia. Cornell University Press. Teo, T. 2018. Outline of theoretical psychology. Palgrave Macmillan. Žižek, S. 2014. Žižek’s jokes. MIT Press. Editor Nalarasa pada rubrik Teori. Sehari-hari mengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Metodedalam Psikologi Sosial. Branscombe & Byron (2017) menuliskan bahwa ada tiga metode yang seringkali digunakan dalam Psikologi Sosial, yakni: observasi sistematik, statistik korelasi, dan eksperimen. Dalam observasi sistematik, dikenal dua model; pertama adalah observasi alamiah ( naturalistic observation) dan kedua adalah survei.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia, dimana setiap pemikiran dan tingkah laku manusia tentu saja membuat banyak orang merasa bahwa ilmu psikologi merupakan ilmu yang tidak pasti dan juga berkembang mengikuti manusia itu Karakter ManusiaTipe Kepribadian ManusiaHakikat Manusia dalam Perspektif PsikologiJenis-jenis KepribadianMacam – macam Gangguan JiwaPadahal ilmu ini sering dianggap enteng oleh orang banyak. Padahal mempelajari psikologi merupakan hal yang kompleks dan cukup sulit. Karena itulah dengan menggunakan cara metode penelitian atau metode yang mutlak akan membantu ilmu psikologi menjadi lebih jelas dan juga Psikologi SastraTeori Psikologi PerkembanganPsikologi DiagnostikPsikologi RemajaMacam-macam BakatMeskipun berilmu sosial, tetapi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi merupakan hal yang berkaitan dengan pengalaman dan juga survei. Metode ini tumbuh atau hadir karena adanya metode penelitian sebellumnya dengan eksperimen beberapa orang. Apa saja metode yang ada dalam penelitian psikologi ? Berikut ini beberapa contoh metode – metode psikologi Metode EksperimentalMetode eksperimental umumnya dilakukan di dalam laboratorium dengan cara melakukan eksperimen sesuai dengan namanya, atau biasa disebut percobaan. Peneliti yang melakukannya memiliki kontrol penuh terhadap jalannya suatu eksperimen, sehingga tanggung jawabpun kembali pada para peneliti itu sendiri. Mereka juga menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan diteilitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan jugaMacam-macam Sindrom Pada ManusiaMacam-macam Metode PembelajaranCiri-ciri SkizofreniaTanda-tanda StressTips Meningkatkan Daya OtakMetode Observasi IlmiahDilihat dari namanya maka tentu anda tahu bahwa metode ini dilakukan dengan observasi ilmiah, yakni suatu hal pada situasi – situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah ataupun secara spontan. Metode observasi dalam psikologi banyak dilakukan untuk mempelajari tingkah laku khususnya pada objek yang ingin diangkat kasusnya. Baca Terapi Perilaku KognitifObservasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja tingkah laku orang – orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor di jalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana, dan jugaCara Menjadi Pribadi yang DewasaTipe Kepribadian MBTICiri-ciri Wanita PsikopatCara Meningkatkan Kecerdasan EmosionalCara Menghilangkan Rasa Takut yang BerlebihanMetode Sejarah Kehidupan BiografiBiografi mungkin sering kita lihat berupa sebuah buku. Metode tulisan mengenai kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup yang diharapkan dapat menginspirasi dan menceritakan tokoh tersebut, di dalam biografi, orang menguraikan tentang keadaan, sikap – sikap ataupun sifat – sifat lain mengenai orang yang Menghilangkan Sifat EgoisFakta Kepribadian Anak BungsuBig Five PersonalityKecerdasan Emosional dalam PsikologiGejala ADHD pada BayiMetode InterviewMetode interview merupakan cara pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian responden, dengan melalui sebuah percakapan langsung atau berhadapan muka. Namun menurut ahli Moh. Nazir menyatakan bahwa interview atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau yang dinamakan interview guide panduan wawancara. Metode ini sangat populer untuk mengetahui lawan bicara Bipolar DisorderTips Sukses di Usia MudaCara Menjadi Pribadi yang MenyenangkanTeori Belajar KognitifCara Mengatasi InsomniaMetode Angket / KuesionerMetode angket atau umumnya disebut sebagai metode kuesioner yaitu metode atau cara dengan memanfaatkan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Selain itu angket biasanya berisikan data dengan pertanyaan yang ditanyakan secara jujur namun tidak membawa identitas diri agar responden mengisikan dengan benar dan juga jujur apa yang mereka pikir dan ingin ekspresikan dalam jawaban tersebut. Angket bisa menjadi data yang dianggap valid namun keabsahannya tidak pernah ada yang data yang dibuat bisa dimanipulasi, yang termasuk psikotes adalah Tes Army Alpha, Tes Efektifitas Diri, Tes Enneagram, Tes EPPS, Tes MBTI, Tes Ketelitian, Tes Kode dan Ingatan, Tes TPA Kuantitatif, Logika, Verbal & Spasial, Tes MAPP, Tes Motivasi Kepemimpinan, Tes Motivasi, Tes Koran Pauli, Tes Skala Kematangan TSK, Tes Kerjasama dan Tes Potensi jugaKognitif, Afektif, dan PsikomotorikPsikologi Perkembangan Anak Usia DiniTeori Psikologi KepribadianTeori Psikososial EriksonTeori Belajar dalam PsikologiMetode Cross SectionalPenelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali sehingga tidak ada pengulangan dalam pengambilan data penelitian. Selain itu tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen faktor resiko dengan variabel dependen efek. Mungkin jika dilihat datanya tidak terlalu bervariasi, namun mengambil satu kejadian saja. Jika ditanyakan tentang dimana titik potongnya? Bayangkanlah penelitian itu seperti lontong, dimanapun kamu memotong lontong itu, di tengah, dari ujungnya, di sisi manapun itu, lontong itu tetap memiliki isi yang sama, besar yang sama, dan rasa yang sama. Sehingga penelitian ini mengganggap bahwa hal tersebut bukanlah efek yang besar dan sulit namun menghasilkan hasil yang maksimal dan jugaMacam-macam KecerdasanTeori Perkembangan Anak Menurut Para AhliMacam-macam Gaya BelajarAkibat Depresi KepanjanganPengertian Minat Menurut Para AhliMetode KlinisMenurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” atau klinik dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Apakah anda tahu bahwa psikologi termasuk kedalam ilmu klinis alias kesehatan ? meskipun psikologi mempelajari mengenai sosial seseorang. Hal inilah mengapa metode penelitian psikologi klinis disebut sebagai jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama. Selain itu metode klinis menangani kasus yang jelas dan juga tepat Sosial Perkembangan Bahasa Anak Usia DiniPerkembangan Kognitif Anak Usia DiniCabang – Cabang PsikologiPsikologi Sosial Desain Satu KasusJika dilihat dari desain sebuah kasus, metodologi penelitian dalam psikologi memiliki hal yang unik. Dimana desain satu kasus mempunyai satu persamaan dengan desain studi kasus dan desain eksperimental. Dalam desain satu kasus, diukur perilaku individu sebelum dan sesudah perlakuan, dan hal ini dilakukan dalam situasi eksperimen. Desain satu kasus adalah perwujudan atau bentuk daripada pendekatan perilaku, yang mengutamakan spengukuran perilaku jugaPersepsi dalam PsikologiTeori Belajar BehavioristikTahap Perkembangan Emosi AnakKonsep Diri Dalam PsikologiKode Etik PsikologiContohnyaSalah satu contoh desain satu kasus yang dapat direncanakan ialah perlakuan misalnya terhadap seseorang anak dengan perilaku agresif. Diruang terapi, anak diamati beberapa jam ataupun selama beberapa hari tergantung sebagaimana aktif anak tersebut. Setelah itu dicatat perilaku agresif apa saja yang ia tampilkan, dan dicatat frekuensinya situasi A. kemudian diberikan perlakuan, yakni apablia anak memperlihatkan perilaku baik, maka ia diberi imbalan. Perlakuan ini dipertahankan selama beberapa jam/beberapa hari, dan dicatat lagi perilaku anak yang positif, yakni duduk diam B. Setelah itu, kembali lagi anak dibiarkan seperti situasi A, yakni tidak diberikan perlakuan. Setelah itu kembali diberlakukan situasi Multiple BaselineKadangkala situasi pemberian imbalan seperti yang terjadi pada situasi B tidak mudah untuk ditiadakan demi pertimbangan etis. Dalam desain ganda dilakukan hal yang sama dengan kasus anak perilaku agresif, namun desain ABAB itu diberlakukan dalam dua situasi, yakni di rumah dan di ruang terapi. Yang diamati dan dicatat base-line nya adalah dalam dua situasi, yakni situasi di ruang terapi dan situasi di rumah. Dalam situasi terapi tidak perlu diadakan peniadaan imbalan. Penghentian imbalan dilakukan hanya dalam situasi di rumah. Apabila peningkatan perilaku positif selalu terjadi menyusul perlakuan pemberian hadiah. Maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan itulah yang menyebabkan bertambahnya perilaku positif dan berkurangnya perilaku campuranDalam desain ini teknik eksperimental dan teknik korelasi digabung. Sebagai contoh rancangan penelitian yang dikemukakan Davison & Neale pada tahun 1990 ialah penelitian mengenai efektivitas tiga jenis terapi pada penderita gangguan psikiatrik tertentu. Bila pasien untuk masing-masing jenis terapi tersebut. Dianggap sebagai masing-masing satu kelompok muka salah atu jenis terapi itu mungkin terlihat lebih berhasil. Namun bila pasien dalam tiga jenis terapi itu dibedakan dalam kelompok dengan ganggauan parah dan gangguan ringan, maka kesimpulannya bisa berbeda untuk tiap kelompok jugaPsikologi Industri dan OrganisasiProspek Kerja Lulusan PsikologiCara Mendidik Anak HiperaktifDepresi dalam PsikologiPola Asuh Anak Usia DiniDemikian penjelasan terkait beberapa metode penelitian psikologi yang biasa digunakan untuk riset terkait apa asaja ang berkaitan dengan psikologi. semoga bermanfaat.
MenelitiPsikologi perkembangan dengan memberikan stimulus/rangsangan tertentu. Reaksi yang muncul yang diteliti. Ada variabel bebas dan variabel tergantung. Kelebihan: metode eksperimen dapat di ulang kapan saja. Kelemahan: dikarenakan situasi buatan, maka individu dapat berpura-pura atau justru terpengaruh.
Keuntungan dan Kerugian Penelitian Eksperimental Daftar Referensi Cepat Keuntungan Kekurangan peneliti dapat memiliki kendali atas variabel dapat menghasilkan hasil buatan manusia tetap melakukan eksperimen hasil mungkin hanya berlaku untuk satu situasi dan mungkin sulit untuk ditiru Apa kekuatan dan kelemahan metode eksperimen? Kekuatan dan kelemahan metode eksperimental Kekuatan Kelemahan Kontrol variabel yang lebih ketat. Lebih mudah untuk mengomentari sebab dan akibat. Karakteristik permintaan – peserta yang sadar akan eksperimen, dapat mengubah perilaku. Relatif mudah untuk ditiru. Lingkungan buatan – realisme rendah. Apa kelemahan penelitian eksperimental? Kelemahan Kelemahan utama dari metode eksperimental adalah ketergantungan mereka pada apa yang banyak orang lihat sebagai lingkungan “buatan”. Orang mungkin berperilaku berbeda dalam pengaturan eksperimental daripada di bawah kondisi yang lebih biasa. Apa batasan dalam eksperimen? Keterbatasan adalah bagian dari eksperimen yang mencegah ilmuwan menghasilkan data yang adil dan dapat diandalkan. Bahkan prosedur eksperimental yang direncanakan dengan sangat baik dapat menyebabkan “kesalahan” dan menghasilkan data yang kurang sempurna. Apa tiga keterbatasan metode eksperimen? – batasan yang paling penting dari metode eksperimen adalah bahwa, bahkan ketika seorang peneliti mengikuti langkah-langkah metode dengan cermat, variabel pengganggu, faktor selain variabel bebas yang tidak sama antar kelompok, dapat mencegahnya menyimpulkan bahwa variabel bebas menyebabkan sebuah perubahan di… Apa contoh pembatasan? Pengertian pembatasan adalah pembatasan atau cacat, atau tindakan memaksakan pembatasan. Ketika Anda hanya diperbolehkan berjalan ke ujung blok, ini adalah contoh pembatasan. Ketika ada hal-hal tertentu yang tidak Anda kuasai dengan baik, ini adalah contoh keterbatasan. Apa faktor yang mempengaruhi keterbatasan Anda? Jawaban Ahli Terverifikasi Namun tentunya kita harus menghadapi keterbatasan yang mungkin juga kita hadapi, seperti kemampuan finansial, keterbatasan fisik dan faktor lingkungan. Uang, misalnya, mungkin bukan faktor ketika mencoba menciptakan sesuatu, tetapi ketika Anda sudah mengajukan paten, itu bisa menjadi masalah. Apa batasan dalam hidup? Memahami keterbatasan kita Anda tidak mencintai atau terkadang bahkan menyukai semua orang yang seharusnya Anda layani. Anda juga tidak harus. Anda tidak akan bisa menyelamatkan semua orang. Tidak pernah ada cukup waktu. Akan selalu ada hal-hal tentang pekerjaan Anda dan orang-orang yang bekerja dengan Anda yang menyebabkan reaksi emosional yang kuat. Apa keterbatasan penelitian kualitatif? Kelemahan utama penelitian kualitatif adalah prosesnya memakan waktu. Masalah lain adalah bahwa interpretasinya terbatas. Pengalaman dan pengetahuan pribadi mempengaruhi pengamatan dan kesimpulan. Dengan demikian, penelitian kualitatif mungkin memakan waktu beberapa minggu atau bulan. Apa keterbatasan dari sebuah studi penelitian? Keterbatasan penelitian ini adalah karakteristik desain atau metodologi yang memengaruhi atau memengaruhi interpretasi temuan dari penelitian Anda. Mengapa keterbatasan penting dalam hidup? Memiliki batasan membantu kita mengatur investasi waktu, energi, dan sumber daya lainnya. Gagasan tentang batasan adalah untuk tidak berlebihan atau menginvestasikan terlalu sedikit sumber daya kita ke dalam hal tertentu. Ada jumlah optimal investasi yang dibutuhkan untuk semua yang kita lakukan dalam hidup. Apa keterbatasan metode kuantitatif? Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan metode statistik….Metode kuantitatif. Kekuatan Keterbatasan Relatif mudah untuk dianalisis Sulit untuk memahami konteks suatu fenomena Data bisa sangat konsisten, tepat, dan andal Data mungkin tidak cukup kuat untuk menjelaskan masalah yang kompleks Bagaimana Anda memulai keterbatasan dalam sebuah penelitian? Sebagian besar penulis memasukkan batasan sebagai paragraf terpisah, biasanya dimulai dengan kalimat utama seperti “Namun, penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan”. Sebagai alternatif, Anda dapat mengerjakan batasan-batasan tersebut ke dalam bagian-bagian yang relevan dari diskusi umum. Mengapa penelitian kuantitatif mahal? Penelitian kuantitatif sulit, mahal dan membutuhkan banyak waktu untuk melakukan analisis. Jadi, untuk mencapai tanggapan mendalam tentang suatu masalah, pengumpulan data dalam metodologi penelitian kuantitatif seringkali terlalu mahal dibandingkan dengan pendekatan kualitatif. Apa saja kendala dalam pendataan? Tantangan dalam praktik pengumpulan data saat ini Standar pengumpulan data yang tidak konsisten. Konteks pengumpulan data. Pengumpulan data bukanlah inti dari fungsi bisnis. Kurangnya pelatihan dalam pengumpulan data. Kurangnya proses penjaminan mutu. Perubahan definisi dan kebijakan dan mempertahankan komparabilitas data. Manakah dari berikut ini yang merupakan kelemahan dari penelitian kuantitatif? Namun, fokus pada angka-angka yang ditemukan dalam penelitian kuantitatif juga dapat membatasi, yang menyebabkan beberapa kerugian. Fokus yang salah pada angka. Penelitian kuantitatif dapat dibatasi dalam mengejar hubungan statistik yang konkret, yang dapat menyebabkan peneliti mengabaikan tema dan hubungan yang lebih luas. Mengapa penelitian kuantitatif penting dalam kehidupan sehari-hari? Pendekatan kuantitatif sangat penting, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, karena di sebagian besar, jika tidak semua hal yang kita lakukan dalam hidup, kita mengukur untuk melihat seberapa banyak sesuatu yang ada. Metode kuantitatif adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari, bahkan sejak lahir, data terus dikumpulkan, dinilai, dan dinilai ulang saat kita tumbuh. Apa manfaat metode kuantitatif? Penelitian Kuantitatif Kelebihan Sampel yang lebih besar Sebuah studi yang lebih luas dapat dibuat, melibatkan lebih banyak subjek dan memungkinkan lebih banyak generalisasi hasil. Objektivitas dan akurasi Sedikit variabel yang terlibat karena data berhubungan dengan informasi tertutup. Mengapa penting untuk menggunakan data kualitatif dan kuantitatif? Menggunakan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif dapat meningkatkan evaluasi dengan memastikan bahwa keterbatasan satu jenis data seimbang dengan kekuatan yang lain. Ini akan memastikan bahwa pemahaman ditingkatkan dengan mengintegrasikan berbagai cara mengetahui. Mengapa metode kuantitatif lebih baik daripada kualitatif? Data kuantitatif dapat membantu Anda melihat gambaran besarnya. Menemukan jawaban umum Penelitian kuantitatif biasanya memiliki lebih banyak responden daripada penelitian kualitatif karena lebih mudah melakukan survei pilihan ganda daripada serangkaian wawancara atau kelompok fokus. Sebutkan 5 cara pengumpulan data? Berikut adalah enam metode pengumpulan data teratas Kuesioner dan survei. Dokumen dan catatan. Grup fokus. Sejarah lisan.
KelemahanGibson & Mitchell (1995 : 263), Mc. Millan & Schumacher (2001 : 276) menunjukan beberapa kelemahan observasi sebagai berikut : a. Kemampuan manusia untuk menyimpan secara akurat terhadap kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan sangat terbatas, baik dalam hal jumlah maupun lamanya kesan (informasi) itu bisa disimpan.
Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan dalam bidang apa pun, akan tetapi kebanyakan tujuan melakukan penelitian biasanya untuk memperluas pengetahuan di dunia fisik, biologis, dan sosial. Melalui penggunaan metode penelitian tertentu, salah satunya ialah metode eksperimen. Adapun untuk penelitian eksperimen adalah arti penelitian yang dilakukan dengan cara memanipulasi satu atau lebih variabel bebas untuk diterapkan ke satu atau lebih variabel terikat untuk mengukur pengaruhnya terhadap variabel terikat tersebut. Penelitian eksperimen itu sendiri bisa dibagi lagi menjadi beberapa jenis yang ditentukan berdasarkan cara peneliti menugaskan subjek penelitian pada kondisi dan kelompok yang berbeda, yaitu pra-eksperimen, eskperimen semu, dan eksperimental murni. Dimana pengolahan data untuk mengetahui hubungan tersebut dapat dilakukan dengan statistik dan statistika yang merupakan cara pengolahan data dalam penelitian kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah studi yang secara ketat menganut desain penelitian ilmiah, karena mencakup hipotesis penelitian, variabel yang dapat dimanipulasi oleh peneliti, serta variabel penelitian yang dapat diukur, dihitung dan dibandingkan. Atau bisa juga dikatakan bahwa penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan ketika seorang peneliti ingin melacak hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Yang perlu kita ingat bahwa penelitian eksperimental diselesaikan dalam lingkungan yang terkendali. Peneliti mengumpulkan berbagai jenis data penelitian dan hasilnya akan mendukung atau menolak hipotesis. Metode penelitian ini disebut pengujian hipotesis atau metode penelitian deduktif. Kelebihan Penelitian Eksperimen Keunggulan yang ada dalam penelitian eskperimen, diantaranya yaitu Menawarkan tingkat kendali tertinggi Prosedur yang digunakan dalam penelitian eksperimen memungkinkan peneliti mengisolasi variabel tertentu dalam hampir semua topik. Keuntungan yang satu ini memberikan kemungkinan untuk menentukan apakah hasilnya layak. Variabel dapat dikontrol sendiri atau dikombinasikan dengan yang lain untuk menentukan apa yang dapat terjadi ketika setiap skenario diselesaikan. Berguna di setiap industri dan subjek Karena penelitian eksperimen menawarkan tingkat kontrol yang lebih tinggi daripada metode lain yang tersedia. Hal itu menawarkan hasil yang memberikan tingkat relevansi dan spesifisitas yang lebih tinggi. Hasil penelitian kemungkinan memiliki konsistensi yang unggul juga. Memberikan kesimpulan yang spesifik Karena penelitian eksperimen memberikan tingkat kontrol yang tinggi, penelitian ini dapat memberikan hasil yang spesifik dan relevan dengan konsistensi. Keberhasilan atau kegagalan dapat ditentukan, sehingga memungkinkan untuk memahami validitas suatu produk, teori, atau ide dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan metode verifikasi lainnya. Mampu mereplikasi pengaturan alam dengan keuntungan kecepatan yang signifikan Penelitian eksperimen memungkinkan untuk mereplikasi pengaturan lingkungan tertentu dalam kontrol pengaturan laboratorium. Struktur ini memungkinkan eksperimen untuk mereplikasi variabel yang membutuhkan investasi waktu yang signifikan. Lebih dapat diduplikasi Penelitian eksperimental bersifat langsung, bentuk penelitian dasar yang memungkinkan duplikasi ketika variabel yang sama dikendalikan oleh variabel lain. Hal ini membantu meningkatkan validitas konsep untuk produk, ide, dan teori. Penelitian eksperimen memungkinkan siapa pun untuk dapat memeriksa dan memverifikasi hasil yang dipublikasikan, yang seringkali memungkinkan hasil yang lebih baik untuk dicapai, karena langkah yang tepat dapat memberikan hasil yang tepat. Memungkinkan diketahuinya hubungan sebab dan akibat dari variabel yang diteliti Manipulasi variabel memungkinkan peneliti untuk dapat melihat berbagai hubungan sebab-akibat yang dapat dihasilkan oleh suatu produk, teori, atau ide. Ini adalah proses yang memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam apa yang mungkin, menunjukkan bagaimana berbagai hubungan variabel dapat memberikan manfaat tertentu. Sebagai gantinya, pemahaman yang lebih besar tentang hal-hal spesifik dalam penelitian dapat dipahami, meskipun pemahaman tentang mengapa hubungan tersebut ada tidak diketahui dalam penelitian ini. Dikombinasikan dengan metode penelitian lain Kita dapat mengombinasikan penelitian eksperimen dengan metode lain untuk memastikan bahwa data yang diterima dari proses ini seakurat mungkin. Hasil yang diperoleh peneliti harus bisa berdiri sendiri untuk diverifikasi agar ada temuan yang valid. Kombinasi faktor-faktor tersebut memungkinkan untuk memberikan informasi yang sangat spesifik sambil menawarkan ide-ide baru ke format penelitian lain secara bersamaan. Kekurangan Penelitian Eksperimen Sedangkan untuk kelemahan dalam penelitian eskperimen, diantaranya yaitu Hasil sangat subjektif karena kemungkinan terjadi kesalahan dari peneliti Karena penelitian eksperimen memerlukan tingkat kontrol variabel tertentu, penelitian ini berisiko tinggi mengalami kesalahan dari peneliti di beberapa titik selama penelitian. Setiap kesalahan, baik sistemik maupun acak, dapat mengungkapkan informasi tentang variabel lain dan itu akan menghilangkan jenis validitas percobaan dan penelitian yang dilakukan. Dapat menciptakan situasi yang tidak realistis Variabel produk, teori, atau ide berada di bawah kontrol yang ketat sehingga data yang dihasilkan dapat rusak atau tidak akurat, tetapi tetap terlihat asli. Ini dapat bekerja dalam dua cara negatif bagi peneliti. Pertama, variabel dapat dikontrol sedemikian rupa sehingga mengarahkan data ke hasil yang disukai atau diinginkan. Kedua, data dapat dirusak agar tampak seperti positif, tetapi karena lingkungan kehidupan nyata sangat berbeda dengan lingkungan yang dikendalikan, hasil positif tidak akan pernah bisa dicapai di luar penelitian eksperimental. Memakan waktu Agar dapat terlaksana dengan baik, penelitian eksperimen harus mengisolasi setiap variabel dan melakukan pengujian terhadapnya. Kemudian kombinasi variabel juga harus dipertimbangkan. Proses ini bisa berlangsung lama dan membutuhkan banyak sumber daya keuangan dan personel. Biaya tersebut mungkin tidak akan pernah dapat diimbangi oleh penjualan konsumen jika produk atau idenya tidak pernah berhasil dipasarkan. Terkadang tidak memberikan penjelasan yang sebenarnya Penelitian eksperimen adalah kesempatan untuk menjawab pertanyaan Ya atau Tidak. Ini akan menunjukkan kepada kita bahwa itu akan berfungsi atau tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Akan tetapi, penelitian eksperimental tidak dapat menjawab pertanyaan “Mengapa” untuk memberikan penjabaran yang lebih mendalam pada hasil. Variabel asing tidak selalu bisa dikontrol Meskipun pengaturan laboratorium dapat mengontrol variabel asing, lingkungan alam memberikan tantangan tertentu. Beberapa penelitian perlu diselesaikan dalam suasana alami agar akurat. Mungkin tidak selalu mungkin untuk mengontrol variabel asing karena ketidakpastian alam. Meskipun variabel dikontrol, hasilnya dapat memastikan validitas internal, tapi dengan mengorbankan validitas eksternal. Partisipan dapat dipengaruhi oleh situasi mereka saat ini Kesalahan manusia tidak hanya terbatas pada para peneliti. Partisipan dalam studi penelitian eksperimen juga dapat dipengaruhi oleh variabel asing. Dalam percakapan dengan peneliti, mungkin ada ketertarikan fisik yang mengubah tanggapan partisipan. Bahkan pemicu internal, seperti ketakutan akan ruang tertutup, dapat memengaruhi hasil yang diperoleh. Juga sangat umum bagi partisipan untuk “mengikuti” apa yang menurut mereka ingin dilihat oleh peneliti daripada memberikan tanggapan yang jujur. Memanipulasi variabel belum tentu merupakan sudut pandang yang objektif Agar penelitian efektif, itu harus objektif, tapi memanipulasi variabel dapat mengurangi objektivitas tersebut. Meskipun ada manfaat untuk mengamati konsekuensi dari manipulasi yang dilakukan, namun manfaat itu mungkin tidak memberikan hasil realistis yang dapat digunakan di masa depan, karena pengambilan sampel hanya mencerminkan sampel yang diteliti dan hasilnya mungkin tidak dapat diterapkan pada populasi secara umum. Itulah tadi penjelasan yang bisa diberikan pada semua kalangan tentang adanya kelebihan penelitian eksperimen dan kekurangan dalam melakukan penelitian eksperimen.
Dalammetode eksperimen ini peneliti sengaja menimbulkan gerak atau pernyataan jiwa yang dijadikan rangsangan -rangsangan. Peristiwa yang terjadi selama eksperimen berlangsung dapat diulangi di lain waktu bila diperlukan dan merupakan kelebihan dari metode ini. Kelemahan dari metode ini adalah situasi yang ada merupakan buatan maka subjek
Selain mempelajari teori, saat pembelajaran di sekolah murid juga butuh mendalami praktik atau eksperimen. Dalam eksperimen, murid akan ditugaskan untuk membuktikan teori yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya. Murid akan dengan mudah mengingat dan memahami mata pelajaran yang sudah diajarkan guru dengan metode pembelajaran metode eksperimen, siswa diharuskan untuk melakukan percobaan dan membuktikan sendiri pelajaran yang sudah dipelajari. Siswa akan diberi kesempatan untuk melakukan, membuktikan, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, dan menarik kesimpulan mengenai eksperimen atau percobaannya dan Manfaat Metode Pembelajaran EksperimenMetode pembelajaran eksperimen memiliki tujuan yang baik untuk tumbuh kembang anak dan meningkatkan daya pikir mereka. Kegiatan ini juga akan terasa menyenangkan, karena siswa bisa menyaksikan langsung percobaan yang mereka utama metode pembelajaran ini adalah supaya siswa mampu mencapai dan menemukan sendiri jawaban atas masalah yang diberikan. Siswa juga terlatih cara berpikir yang ilmiah scientific thinking. Siswa akan menemukan bukti kebenaran dari teori yang sedang Metode Belajar Menurut Para Ahli, Lengkap Beserta PembahasannyaPengertian metode belajar adalah proses sistematis dan teratur yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada siswanya. Dengan adanya metode belajar, diharapkan proses belajar dapat berjalan dengan baik dan SupiniSecara rinci, berikut adalah tujuan dari metode eksperimen1. Mengajarkan menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang telah dikumpulkan melalui Mengajarkan menarik kesimpulan dari fakta pada hasil eksperimen, melalui eksperimen yang Melatih merancang, mempersiapkan, dan melaksanakan Melatih menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang Metode EksperimenSetiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Adapun berikut ini merupakan kelebihan metode eksperimen yang bisa Anda ketahui, di antaranya yaitu1. Membuat siswa percaya atas kesimpulan yang sesuai dengan hasil eksperimennya. Mereka dapat membuat kesimpulan sendiri, namun maknanya sama dengan yang Membina siswa untuk membuat terobosan baru dengan penemuan dari eksperimennya dan menjadi manfaat bagi sesama. Karena metode pembelajaran ini menyenangkan, tak menutup kemungkinan siswa melakukan percobaan atau eksperimennya sendiri di rumah, tanpa harus diberi tugas terlebih Hasil dari percobaan siswa dapat dimanfaatkan untuk sekolah dan Melatih ketelitian dan keuletan siswa ketika melakukan Metode EksperimenMeski memiliki kelebihan, metode pembelajaran ini juga tak luput dari kekurangan. Namun, kekurangan ini juga bisa diatasi. Adapun berikut kekurangan metode eksperimen yang bisa Anda ketahui, di antaranya yaitu1. Metode ini lebih sesuai dengan pelajaran berdasar ilmu sains dan Memerlukan fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan terkadang harganya cukup mahal. Meski begitu, Anda bisa mensiasatinya dengan mencari bahan yang mudah didapatkan dan Menguji kesabaran guru dan Eksperimen tidak selalu menghasilkan hasil yang diharapkan. Bisa jadi ada faktor-faktor tertentu di luar jangkauan kemampuan yang tidak sesuai. Meski begitu, hal ini bisa disiasati dengan melakukan eksperimen lagi hingga Metode EksperimenUntuk melakukan metode eksperimen, ada langkah-langkah yang harus diikuti. Berikut ini adalah prosedur dan langkah-langkah pemakaian metode eksperimenLangkah Awal1. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan ketika bereksperimen. Seperti bahan, alat, dan Menetapkan metode eksperimen serta tujuan yang ingin dicapai. Anda bisa menganalisis kira-kira apa tujuan melakukan eksperimen ini untuk dan hal apa yang didapatkan oleh siswa setelah melakukan Mempersiapkan kebutuhan peralatan dan sarana yang dibutuhkan dalam melakukan eksperimen di sekolah. Dalam hal ini, Anda bisa meminta siswa untuk berpartisipasi membawa bahan dan alat untuk eksperimen lalu dikumpulkan di Guru mengadakan uji eksperimen sebelum memberi tugas kepada siswa. Guru dapat mengadakan eksperimen sendiri untuk mengetahui kemungkinan apa saja yang akan terjadi dan kemungkinan hasilnya. Hal ini bertujuan agar metode eksperimen berjalan lancar dan Anda memiliki gambaran Apa yang terjadi saat melakukan eksperimen. Anda juga bisa menganalisis hal apa saja yang tidak boleh dilakukan selama Lembar kerja disediakan guru untuk siswa melakukan eksperimen tersebut. Lembar kerja tersebut berisikan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama eksperimen, poin penilaian, instruksi, dan pemakaian metode eksperimen1. Guru mendiskusikan mengenai prosedur, alat, dan bahan eksperimen serta hal-hal penting selama eksperimen bersama-sama oleh seluruh siswa. Beritahu siswa apa saja kegunaan bahan dan alat yang mereka siapkan, serta kapan bahan dan alat tersebut Guru membimbing, membantu, sekaligus mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa di saat siswa melakukan pengamatan serta menuliskan kegiatan eksperimen. Jangan melepas siswa begitu saja, apalagi jika eksperimen tersebut adalah yang pertama. Anda harus memerhatikan seluruh siswa dan memberi kesempatan bagi mereka yang ingin bertanya seputar eksperimen yang Di akhir eksperimennya, siswa membuat kesimpulan dan laporan dengan lengkap sesuai dengan lembar kerja yang Anda berikan sebelumnya. Kesimpulan didapatkan dari hasil eksperimen yang mereka lakukan. Kemungkinan setiap kesimpulan atau laporan siswa berbeda karena tidak semua hasil percobaan berjalan tindak lanjut pemakaian metode eksperimen1. Guru berdiskusi dengan siswa mengenai hambatan yang ditemui selama bereksperimen. Anda bisa bertanya pada siswa, hambatan apa yang mereka rasakan, dan penyebab gagalnya Membersihkan, mengumpulkan, dan menyimpan peralatan saran lainnya yang telah digunakan. Jangan biarkan kelas menjadi kotor dan berantakan setelah melakukan eksperimen, karena hal tersebut akan mengganggu kegiatan pembelajaran Guru memberi evaluasi akhir eksperimen kepada siswa. Evaluasi ini bermanfaat agar eksperimen selanjutnya dapat berjalan lebih baik dan beberapa hal mengenai metode pembelajaran eksperimen mulai dari kelebihan, kekurangan, dan langkah melakukan metode pembelajaran ini. Dapat kita simpulkan sekarang bahwa mulai dari kegiatan pembelajaran, persiapan, sampai penutupan kegiatan eksperimen, perlu mengikuti tahapan-tahapan atau prosedur yang sudah ditentukan. Tujuannya adalah supaya eksperimen atau percobaan yang dilakukan oleh siswa berjalan baik, tertib, dan hasil akhirnya sesuai dengan yang sudah tidak hanya dilakukan di sekolah, tapi bisa dilakukan di rumah dengan bimbingan orangtua. Kegiatan ini juga membantu anak mengisi waktu luang belajar di rumah lebih bermanfaat dan menyenangkan. Anda bisa memberikan tugas eksperimen kepada siswa secara berkelompok, agar tidak memberatkan mereka dalam menyiapkan alat dan bahannya. Selain itu, mereka juga bisa berdiskusi selama melakukan adalah contoh eksperimen mudah yang bisa dilakukan di rumah. Yuk tonton videonya!
.